Sampai detik ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) belum mengumumkan sosok calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan mereka usung di Pilpres 2024. Padahal mereka mempunyai modal melebihi presidential threshold (batas minimal memperoleh 20% Kursi di DPR RI untuk mengusung capres sendiri) dengan memperoleh 22,26% Kursi DPR RI di Pemilu 2019.
Sebaliknya, Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem) yang hanya memperoleh 10,26% Kursi DPR RI telah mengusung Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres 2024. Langkah yang masih lemah dan membutuhkan koalisi partai lain untuk memenuhi presidential threshold.
Di pihak lain, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP yang menghimpun 25,73% Kursi DPR RI disinyalir akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres di Pilpres 2024.
Bagaimana dengan Prabowo Subianto? Capres yang akan diusung Partai Gerindra ini semakin lengket dengan PKB. Jika terwujud koalisi Partai Gerindra dan PKB, maka modal 23,66% Kursi DPR RI telah lebih dari cukup mengusung Prabowo sebagai capres di Pilpres 2024.
Nah, bagaimana dengan pencapresan Puan Maharani? Menarik untuk diungkit yang sepertinya bermuara "kejepit' jika salah perhitungan. Salah satu yang dimaksud yaitu tanpa mempertimbangkan hasil survei dan suara arus bawah di internal PDI-P yang menginginkan PDI-P mengusung Ganjar sebagai capres di Pilpres 2024.
Prediksi skenario "kejepit" Puan Maharani oleh Ganjar "dimungkinkan" sebagai berikut:
Pertama, Puan bersikeras mencalonkan diri sebagai capres dan membuang Ganjar Pranowo. Rivalitas Puan-Ganjar menjadi tontonan politik tanah air yang timbul-tenggelam. Saat meruncing ke permukaan mencipta kutub magnet yang saling bertentangan.
Bahkan meletupkan simbol-simbol perlawanan dua kubu yang saling menjatuhkan. Banteng vs Celeng, Dewan Kolonel vs Dewan Kopral sempat meramaikan jagat media. Mengaduk dan mengentalkan kepentingan dua kubu di internal PDI-P yang sama-sama alot untuk mengusung dan saling memaksakan kehendak apakah Puan ataukah Ganjar sebagai capres dari PDI-P nantinya.
Jika Puan menggandeng sosok lain sebagai cawapres dan Ganjar diusung oleh KIB sebagai capres, maka rivalitas saling membenturkan kekuatan kepala banteng moncong putih akan menggerus suara Puan. Hasilnya? Bisa jadi Puan kalah di Pilpres 2024.
Kekalahan adalah kegagalan dan akan sulit bagi Puan bertarung kembali di 2029 jika Ganjar menjelma sebagai sosok Jokowi Jilid 2.