Seribu kilometer, belum menemukan ujung
Kata-kata masih mengumpat
Di atas jasad-jasad
Siang malam tanpa wangi namaNun, di pintu gerbang selatan istana
Pemetik gitar mulai memainkan peran
Memantik iba, memetik gerak kehidupan
Masih membiru, seperti dulu
Di Kasunanan, gedung-gedung dan benteng-benteng
Masih menghampar kejayaan kisah lama
Namun sayang
Angin diam dan warna dedaunan disembunyikan
Di kota tua, sekilas simpang lima
Terlewati deru roda
Tak sempat memotret kehidupan zaman
Dan katanya, hanya sebatas pembisuan
Melintasi arah Kenjeran
Pusara berbiola masih berdiam diri
Dan orang-orang sebatas membaca sebaris nama
Enggan menghampiri, enggan menabur bunga
Panarukan, tak tampak lagi asap-asap kejayaan
Hilang deru mesin-mesin bangsa Eropa
Dan satu gerbong kereta
Menjelma loepa
ArifRSaleh
Glenmore, 26.08.2022
Pemetik gitar mulai memainkan peran
Memantik iba, memetik gerak kehidupan
Masih membiru, seperti dulu
Masih menghampar kejayaan kisah lama
Namun sayang
Angin diam dan warna dedaunan disembunyikan
Terlewati deru roda
Tak sempat memotret kehidupan zaman
Dan katanya, hanya sebatas pembisuan
Pusara berbiola masih berdiam diri
Dan orang-orang sebatas membaca sebaris nama
Enggan menghampiri, enggan menabur bunga
Hilang deru mesin-mesin bangsa Eropa
Dan satu gerbong kereta
Menjelma loepa
Glenmore, 26.08.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H