Marfuah, kembang desa idaman para lelaki akhirnya berhasil disunting Gibran. Bagi Gibran, kecantikan alami dan sikap Marfuah nan elok tak bisa berpaling ke lain hati.
"Bimbinglah aku dengan mukena dan sajadah ini. Ingatkan aku jika salah jalan."
Gibran menyerahkan seperangkat alat salat. Hanya mukena dan sajadah nan lembut dipersembahkan Gibran sebagai maskawin. Pengikat harapan dan benteng kebahagiaan pernikahan.
Limpahan duniawi, bagi Gibran sudah sangat dinikmati sejak kecil. Kekayaan orang tuanya sebagai tuan tanah, memungkinkan bagi Gibran mewujudkan apa yang diinginkan.
Gelimang harta sempat membuat pergaulan Gibran dekat dengan dunia malam. Namun, pada akhirnya hanya kesenangan duniawi yang didapat. Sedangkan ketenangan batin seakan lenyap saat merenungi makna hidup di dunia yang rasanya hanya sebentar.
***
Marfuah masih terdiam. Seakan ada sesuatu yang masih dipikirkan.
"Sekali lagi. Maukah Marfuah membimbingku dengan mukena dan sajadah ini. Ingatkan aku jika salah jalan?"
Senyum termanis Marfuah menghiasi bibirnya yang ranum,"Pasti, Mas Gibran. Apakah Mas Gibran sepenuh hati mencintaiku?"
"Pasti."