Lihat ke Halaman Asli

ARIF R. SALEH

TERVERIFIKASI

SSM

Keterbukaan dan Keseimbangan: Kunci Bahagia Mengelola Keuangan di Bulan Ramadan

Diperbarui: 19 April 2021   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Ramadan dan Menyambut Hari Raya Idhul Fitri. Sumber: Gordon Johnson on Pixabay.com

Ramadan bulan penuh keberkahan dan ampunan. Dirayakan dengan melakukan banyak ibadah kebaikan. Mengharap pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT.

Bulan Ramadan juga identik dengan budaya mudik dan menyambut Hari Raya Idhul Fitri. Meskipun pandemi corona, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tetap merayakan.

Sebagai hari kemenangan, Hari Raya Idhul Fitri identik dengan berbagai ritual dan cara unik merayakannya. Masyarakat antusias menyambut walaupun harus mengeluarkan biaya lebih.

Di bulan Ramadan pula, rezeki berlipat bagi para pekerja. Hampir semua jenis pekerjaan termasuk asisten rumah tangga menunggu dan siap diguyur THR (Tunjangan Hari Raya).

Galibnya sebuah perayaan, segala kebutuhan dirayakan cukup semarak dan bahkan terlihat berlebihan. Semua hampir identik dengan kata "baru". Baju baru, kendaraan baru, dan "mungkin" hanya pasangan yang tidak baru.

Guyuran rezeki berlimpah bahkan dirasakan oleh guru. Mereka menerima bonus THR (Gaji Ke-14) dan TPG (Tunjangan Profesi Guru) di bulan Ramadan.

Di tengah limpahan guyuran rezeki inilah, kadang banyak yang lupa bahwa ada kebutuhan lain yang wajib dipikirkan. Apa itu? Segala bentuk pinjaman/kredit dan biaya sekolah/kuliah menyambut tahun ajaran baru.

Pentingnya Keterbukaan

Penulis sebagai guru banyak bersyukur dengan limpahan rezeki. Cuma, bagaimanapun kebutuhan terus bergulir.

Guru terlihat "sejahtera" hanya kulit luarnya saja. Mengapa? Sebab sejahteranya guru harus dibagi dengan pegawai bank. Kok bisa? Ya iyalah. karena hampir semua guru punya pinjaman di bank.

Guru dalam membangun/membeli rumah, biaya sekolah, membeli kendaraan bermotor, dan biaya tak terduga lainnya lebih banyak mengandalkan pinjaman. Sistem pinjam/kredit memungkinkan kebutuhan dapat segera terwujud.

Gaji guru yang rutin dan disiplinnya membayar angsuran kredit, dibidik bank lewat program-program "menggiurkan". Inilah mengapa guru seakan-akan dianak-emaskan, karena ada simbiosis mutualisme antara sistem bank dengan karakter guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline