Perempuan Senja, kata mereka
Disemat atas nama pembenaran
Dilahirkan takdir di waktu gelap malam
Senja, mempertontonkan sandiwara kehidupan
Bahkan di sudut-sudut kota, topeng-topeng memainkan lirikan
Sinis dan kadang bengis, tanda tanpa kata menyapa kesunyian
Kehidupan malam, bagi perempuan senja, seumpama kawan
Kawan derita, juga kadang bahagia, lebih pada derita hati
Yang terus dipeluknya, walau kematian menghantui
Di hatinya, perempuan senja berbisik,”Aku lebih bahagia dipanggil Bunda”
Di akhiri titik,”Bunda yang selalu dipaksa merayu senja”
Hingga,“Aku bahagia tanpa air mata”
Mengapa?
“Sebab air mata tak pantas kuberikan pada mereka”
Anak-anakku tercinta, di sana
Probolinggo. 22 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H