Dunia gaib dan dunia nyata. Beda wujud, nyata adanya. Dunia yang dihuni oleh makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Tata lakunya sama, hanya wujudnya yang beda.
Kata-kata Ustad Mansur masih terngiang. Jelas berusaha menggambarkan secara gamblang adanya dua dunia. Saling berdampingan. Meskipun wujudnya tidak sama.
Aku berdiri di depan rumah. Kulihat jam tangan menunjukkan pukul 01.00 WIB. Gelap menyelimuti sekelilingku. Maklum, malam ini awan begitu pekat menghalangi indahnya langit nan maha luas. Menghalangi bulan bulat sempurna yang seharusnya menyapa dengan senyum genitnya.
Hembusan angin Gending begitu riuh. Mampu meniup atap-atap rumah bersiul lirih. Begitupun dedaunan, bergoyang sakaw tak tentu arah. Membentuk bayang-bayang warna rupa makhluk-makhluk malam dalam pikiranku.
Dari arah utara muncul sosok laki-laki tegap. Ciri-ciri fisiknya aku hafal betul. Sosok yang semakin mendekat. Sempat sejenak berdiri dekat pohon nangka. Lalu bergerak cepat ke arahku.
"Belum tidur, Pak?" Tanya Pak Sumandi.
"Baru bangun, Pak Sumandi. Di dalam rumah hawanya pengap" Jawabku singkat.
"Jangan lama-lama. Mau hujan sepertinya. Saya permisi dulu. Mau lihat air di sawah selatan"
"Nggak ngopi dulu?"
"Terima kasih. Lain waktu saja. Jangan lama-lama di luar rumah"
"Kenapa, Pak?"