Kota ini belum pernah mati
Tak lelah memutar rembulan dan matahari
Masih memungut do'a-do'a
Yang tercecer di trotoar
Di sore berpayung awan
Diantara patung para dewa
Nyanyian agung membentur ombak
Menyeponggang menghantam cadas
Merasuk dalam relung penikmat duniawi
Diantara wangi bunga dan padupan
Waktu yang berkelindan
Berderak di putaran nasib Maha Kuasa
Jalanan terseok, gelombang laut melambat
Menepikan perahu-perahu yang membisu
Mengunci roda kehidupan desa dan kota
Orang-orang pinggiran
Merangkak diantara jejaring pagebluk
Orang-orang gedongan
Berdiam diri di sangkar emas
Sedang penguasa, sibuk menghitung rugi-laba
Kota yang kini mati
Bukan karena senjata perang
Yang memuntahkan peluru dari keangkuhan
Matinya kota
Disebab pikiran dan ulah manusia
Gilimanuk, 17.06.2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H