Lihat ke Halaman Asli

ARIF R. SALEH

TERVERIFIKASI

SSM

SMP Terbuka, Paradoks di Ujung Tanduk

Diperbarui: 7 Maret 2019   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Pembukaan TKB Braholo. Dokpri.

Braholo. Nama sebuah dusun termasuk dalam wilayah pemerintahan Desa Kedawung, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Mungkin asal nama dari Berhala. Tersisa hanya sekedar nama. Sebab tidak ditemukan satupun berhala. Di tiap sudut dan jantung Dusun Braholo. 

Justru di jantung Braholo tersiar kabar "menggelitik telinga". Kabar beberapa lulusan anak sekolah dasar yang tidak melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat. 

Bupati Probolinggo, selaku pimpinan pemerintah daerah sangat prihatin. Melalui dinas pendidikan, bupati segera memerintahkan mencari solusi yang cepat dan tepat. Apapun wujudnya, anak-anak usia sekolah harus menuntaskan jenjang pendidikannya. Minimal mampu menuntaskan sesuai Program Wajib Belajar 12 Tahun (Wajar 12 Tahun).

Braholo memang nama dusun yang unik. Letaknyapun juga unik. Di pegunungan menanjak. Bertabur bebatuan  dan bermantel kegersangan. Berpagar pohon-pohon jati sepanjang mata memandang. Saat kemarau panjang, pohon-pohon jati meranggas duduk berjemur dengan setia di sepanjang jalan. 

Uniknya lagi, di Dusun Braholo hanya ada satu sekolah, yaitu SD Negeri Kedawung III. Sekolah ini selain menampung anak-anak dari Dusun Braholo, juga menerima anak-anak dari perbatasan Dusun Mlamar dan Dusun Kedawung.

Letak SD Negeri Kedawung III di Dusun Braholo memang terpencil. Minim sarana dan prasarana. Meskipun demikian jumlah siswanya cukup banyak. Total jumlah siswa di SD Negeri Kedawung III sekitar 170 siswa. Rata-rata lulusan mencapai sekitar 20 siswa. Dari sekitar 20 siswa yang lulus, hanya segelintir yang melanjutkan ke jenjang SMP. Lebih banyak yang tidak melanjutkan.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi banyaknya siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP atau yang sederajat diantaranya : (1) tidak ada sekolah setingkat SMP, satu-satunya sekolah hanyalah SD Negeri Kedawung III; (2) kendala geografis, letak Dusun Braholo di daerah pegunungan yang cukup gersang, daerahnya menanjak dan berbatu, akses jalan sulit apalagi jika musim hujan; (3) kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya tergolong prasejahtera, nampak dari banyaknya rumah bambu berlantai tanah dan semi permanen, rata-rata pekerjaan masyarakat umumnya buruh batu dan petani ladang musiman.  

Melihat kondisi di atas, dilematis untuk menentukan wujud keberlanjutan pendidikan anak-anak di Dusun Braholo. Mendirikan SMP jelas terkendala kurang terpenuhi syarat jumlah siswa. 

Butuh survei menyeluruh sesuai prasyarat berdirinya lembaga pendidikan formal. Menyalurkan mereka ke SMP di ibukota kecamatan (Kecamatan Kuripan) akan menimbulkan masalah akses jalan yang sulit dan butuh sarana transportasi yang cukup banyak memakan biaya. Alternatif yang paling memungkinkan adalah dengan mendirikan TKB (Tempat Kegiatan Belajar) yang menginduk ke SMP Terbuka terdekat.

Pilihan menyalurkan keberlanjutan anak-anak di Dusun Braholo dan sekitarnya ke SMP Terbuka sesuai tujuan didirikannya SMP Terbuka. 

Sebagaimana diketahui, SMP Terbuka adalah sekolah lanjutan tingkat pertama yang dirancang khusus untuk melayani para siswa usia 13-15 tahun yang tidak dapat mengikuti pelajaran secara biasa pada SMP Reguler setempat, karena alasan keadaan sosial ekonomi, transportasi, kondisi geografis atau kendala waktu untuk membantu orang tua bekerja (Direktorat PSMP, 2010). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline