Dunia di otak ini masih menggeliat
Melumat kata demi kata
Yang dipilih para begawan sastra
Tertatah pada prasasti dan gurat lontar
Memakna jaman di rahim kehidupan
Lahir sajak bumi yang dipupuk alam
Berteman secangkir kopi tanpa gula
Di malam yang masih meneteskan air mata
Pun jua pagi yang memberinya senyuman
Bahkan siang yang memeras keringat di tiap detak waktu
Sajak itu dititipkan pada angin
Bukan sekedar udara di sangkar pengap
Untuk dapat rebah di atas awan
Dan mampu bertengger di atas langit
Dengan sayap gagah membentang
Langit Impian, 08 April 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H