A.Posisi Psikologi dakwah dalam implementasi aktifitas dakwah
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka pengetahuan tentang psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini, diharapkan kita dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul Saw. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.Menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami dan dihayati di dalam jiwa.Misalnya : ketika seorang yang suka berzina sementara ia punya istri dan menyatakan masuk Islam, tetapi tetap ingin berzina, maka Rasulullah hanya menyuruh orang tersebut bersikap jujur.
1. Ketika seseorang da’iberdakwah,hal yang perlu dan bahkan harus diketui adalah kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’aykan oleh agama (islam).
2. Dalam mempengaruhi orang lain agar orang lain dapat mengikuti apa yang kita inginkan maka maka yang harus dilakukan oleh seorang da’iadalah melakukan beberapa pendekatan, dan bisa dibilang pendekatan psikologis adalah pendekatan yang paling penting dan yang paling berpengaruh apakah nantinya orang lain (mad’u) itu dapat menerima apa yang disampaikan oleh Da’i dan menjalankannya.
3. Dalam hal ini juga perlu diketahui bahwasannya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja.dan bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
B.Karakteristik sasaran dakwah yang harus dipahami oleh seorangDa’i
Dalam membahas mad’u sebagai bagian dari rukun dakwah, Muhammad Abu al-Fath Al-Bayyanuni membaginya kepada: pertama, dari lingkaran kedekatan dan tanggung jawab; kedua, hak mad’u; ketiga, kewajiban mad’u; dan ashnaf (golongan-golongan) mad’u. Dari segi lingkaran kedekatan dan tanggung jawab bagi da’i, mad’u terbagi kepada dirinya sendiri , keluargadan masyarakat luas .
Untuk hak mad’u, al-Bayyanuni mengemukakan bahwa hal ini merupakan ketetapan Allah bagi manusia. Allah tidak akan mengadzab mereka, selama belum sampai dakwah kepada mereka . Dengan sendirinya, manusia seluruhnya mempunyai hak untuk didakwahi, dan atau diutus rasul kepada mereka . Bahkan, ketika Rasulullah shallallähu 'alaihi wasallam tidak menghiraukan seseorang yang datang dengan niat dan tujuan yang benar, karena sedang fokus menda’wahi para pembesar dan tokoh Quraisy, Allah menegurnya .
Sedangkan kewajiban mad’u adalah menerima dalwah. Tidak ada pilihan kedua. Harus menerima. Bila tidak, maka itu sama dengan mendustakan para pembawa panji dakwah, dan dengan sendirinya mendustakan serta tidak menghargai pengutusnya, yaitu Allah Subhänah wa Ta'äla . Perkataan yang harus ada/ keluar, sebagai simbol komitmen hati, adalah sami’na wa atho’nabukan sami’na wa ‘ashoina . Mad’u harus mustajib (menerima) terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya .
Mengenai pembagian mad’u, secara global terbagi kepada dua: yang menerima, dan yang menolak. Yang menerima disebut mu`min/ muslim/ muhtad/ mustajib, sedangkan yang menolak disebut kafir/ dholl dan mu’ridh. Kaum mu`min dari segi mendapat hidayah terbagi kepada muslim muhtad (yang ‘aqidah, ibadah dan mu’amalahnya sesuai perintah Allah) dan muslim dholl (yang ‘aqidah, ibadah dan mu’amalahnya ada penyimpangan; tidak sesuai perintah Allah). Sedangkan dari segi kekuatan imannya, kaum mu`min terbagi kepada sabiq bi al-khairat, muqtashid dan zhalim linafsih. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam al-Qur`an:
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar .
Berikut juga akan dijelaskan tentang karakteristik sasaaran dakwah atau mad’u yang harus dipahami oleh seorang da’I dalam berdakwah, sbb:
1. Manusia sebagai individu
2. Manusia sebagai anggota masyarakat (klompok)
Islam sebagai agama yang universal sangat memerhatikan manusia sebagai individu, karena individu merupakan dasar bagi terciptanya masyarakat yang sejahtra, makmur, berkeadilan dan damai. Suatu masyarakat tidak akan sejahtra, damai, aman dan berkeadilan, jika tidak ditanamkan sedini mungkin makna dari nalai-nilai kekedamaian, keadilan dan kesejahtraan pada hakikatnya adalah komunitas yang terdidiri dari individu-individu yang hidup disuatu daerah yang mempunyai keinginan dan tujuan yang sama untuk saling memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sbb:
1.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis
2.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan.
3.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi social cultural
4.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia.
5.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi profesi atau pekerjaan.
6.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social-ekonomis.
7.Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin.
Bila dilihat dari kehidupan psikologis masing-masing golongan masyarakat tersebut diatas, memiliki cirri-cir khusus, yang menuntut kepada system dan metode dakwah yang didasari dengan prinsip-prinsip psikologi yang berbeda-beda, yang merupakan suatu keharusan jika kita menghendaki efektifitas dan efisiensi dalam program kegiatan dakwah dikalangan mereka.
C.Rumusan prinsip kerja pengubahan sikap dalam dakwah.
Rumusan prinsip kerja pengubahan sikap dalam dakwah ialah yang pertama dengan perhatian terhadap pesan, kemudian dipahami, dan dilaksanakan.
1. Attention adalah perhatian terhadap pesan. Orang tidak akan berubah sikap apabila tidak memperlihatkan pesan yang disampaikan. Oleh karena itu agar penyampaian dakwah dapat diterima harus ada usaha untuk menarik orang untuk memperhatikan dakwah yang disampaikan.
2. Comprehension adalah pemahaman terhadap pesan dakwah. Seseorang yang telah memperhatikan pesan dakwah diharapkan akan mempunyai pemahaman terhadap pesan yang disampaikan. Terjadi atau tidaknya pemahaman terhadap pesan dakwah sangat ditentukan oleh bermacam-macam hal, di antaranya teknik penyampaian pesan dakwah dan bahasa yang dipakai dalam dakwah. Tanpa adanya perhatian (attention) terhadap pesan dakwah tidaklah mungkin orang akan memahami isi dakwah.
3. Acceptance adalah penerimaan isi dakwah. dalam hal ini ditolak atau diterimanya isi dakwah sebagai sikap hidup sangat ditentukan oleh pemahaman terhadap pesan dakwah dan juga sejauh mana pesan dakwah sesuai dengan kebutuhan dan nilai hidup pendengar. Dengan adanya penerimaan pesan dakwah ini diharapkan orang akan menjalankan perintah-perintah Islam yang disampaikan.
Sejauh mana proses perubahan sikap tersebut dapat terbentuk sangat tergantung pada ketiga aspek komunikasi, yaitu komunikator, komunikasi dan audience.
Sebagai contoh: ketika seorang yang suka berzina sementara ia punya istri dan menyatakan masuk Islam, tetapi tetap ingin berzina, maka Rasulullah hanya menyuruh orang tersebut bersikap jujur.
Oleh karena psikologi dakwah merupakan psikologi praktis atau psikologi terapan, maka ruang lingkup pembahasannya pun berada dalam proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Di dalamnya melibatkan sikap dan kepribadian para juru dakwah/ penerang agama dalam menggarap sasaran dakwah yang berupa manusia hidup yang punya sikap dan kepribadiaan pula. Di sinilah akan terlihat adanya hubungan atau antar-hubungan dan saling pengaruh mempengaruhi antara juru dakwah/ penerang agama dengan sasaran dakwah, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernatic yaitu INPUT yang berupa motivasi dakwah yang di bawa oleh juru dakwah/ penerang agama dengan sikap dan kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dari mana tiga kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi dan emosi) melalui proses belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama, yang merupakan THRUPUT, sedangkan tingkah laku yang berubah berupa pengalaman ajaran agamaadalah merupakan OUTPUT. Antara OUTPUT dengan INPUT terjadi interaksi yang disebut FEEDBACK (umpan balik) sebagai pengkoreksi lebih lanjut terhadap bahan input yang dimasukkan ke dalam proses-proses penerimaan manusia. Bilamana OUTPUT sudah tepat atau sudah benar sesuai dengan INPUT maka tidak perlu dikembangkan terus. Demikian proses itu berlangsung terus dalam dakwah secara siklus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H