pada sebuah pelataran dingin
aku berdiri ngungun
aku berkhalwat
kududukkan hati pada tempatnya
sebagaimana tatakramaku
penghargaanku, penghormatanku
di semesta jiwa, semesta raga
di pelataran yang maha
kurendahkan qalb-ku
di antara diorama-diorama
tujuh lelaki teragung
lelaki-lelaki penjaga kedaulatan
untuk sebuah kehormatan
keselamatan bangsa
pada sebuah ruang
di pelataran itu
aku termangu: kaku, kelu
di antara jejak-jejak kelam
jejak yang terpahat dalam-dalam
yang berkisah tentang keperihan
kepiluan-kepiluan di 1 oktober
duhai tujuh bunga bangsa
yang gugur di lembah seribu duka
duka yang telah menguak tabir kelam, gelap
tabir yang membeberkan aib yang maha
di antara kegetiran getaran tujuh sukma;
dari pelataran yang semakin dingin ini, kubertanya kepadamu:
masih saktikah Pancasila di titik nol?
sumurserambisentul, 01 oktober 2020
arrie boediman la ede