aku membacamu,
dari dalam hati lamat-lamat kudengar engkau menggerutu
sembari mencacap-cacapkan kepalamu
pada sebuah gelas yang berisi kopi dingin
yang sesungguhnya tak pernah ingin kunikmati lagi kepahitan rasanya
walau cuma sekadar meletakkan setetes dua tetes pada ujung lidahku
pun, sewindu ini puluhan hingga ribuan tonggak telah kutanam dalam-dalam
seharusnya sudah usai pada ujung jalan pertemuan rasa kita
namun, tak sekalipun kau berupaya letakkan kata-kata terbaikmu
yang seharusnya bisa kudengar langsung dari bibir mirah delimamu
tentang apa yang seharusnya kau sampaikan
sudahlah dik,
barangkali kita sudah terlalu lama bergelut dengan kepura-puraan
hingga akhirnya kita kehilangan sesuatu yang selama ini pernah ada
sesuatu yang tak pernah kau ukir dengan baik
untuk kau pajang pada pekarangan hatimu
dalam diamku,
aku telah selesai membacamu,
dua lembar kertas lusuh yang kau berikan kemarin sore
telah kularungkan ke samodera khayalmu
selamat malam,
sumurserambisentul, 07 september 2020
arrie boediman la ede
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H