Lihat ke Halaman Asli

Arrie Boediman La Ede

TERVERIFIKASI

: wisdom is earth

Sensasi KPK

Diperbarui: 30 Agustus 2020   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua KPK Firli Bahuri baca puisi "Malam Apresiasi Puisi Indonesia Merdeka Covid" di Auditorium RRI Jakarta, 17 Agustus 2020 - Dokpri

sensasi korupsi adalah sensasi Indonesia;
sensasi Indonesia adalah sensasi KPK;
sensasi KPK adalah sentuhan depolitisasi korupsi yang ngeri-ngeri sedap;
sensasi-sensasi yang kadang-kadang terjebak dalam labirinisasi intrik internal versus eksternal;

KPK bebas intervensi? netral? mandiri? atau
KPK tegak di atas batu karang dengan pedang di tangan kiri timbangan di tangan kanan?
fakta atau mimpi?

hey, hey, hey!
itu mimpi yang tak pernah terbeli dan tak boleh diperjualbelkan sodare!
mimpi yang semoga saja bukan sebuah orkestrasi yang digaungkan untuk menyenangkan telinga pendengarnya
mimpi yang tidak perlu membuat kita terbang melayang tinggi lalu jatuh dan terjun bebas dari lantai tertinggi dari gedung anti rasuah itu
oh, no no no!

mari kita berkaca sejenak pada pada cermin yang utuh
agar kita bisa melihat seberapa tebal bedak di wajah kita guna menutup vlek-vlek hitam dan jerawat batu yang sudah tahunan bercokol dengan santuynya
tapi mohon jangan lupa bersahibul hikayat tentang pedang hukum dan timbangan hukum yang semakin berat sebelah
di antara pedang yang sangat tajam menghujam ke bawah
tapi, alamak tumpulnya minta ampun ketika menebas ke atas;

sementara,
korupsi katanya adalah kejahatan yang merugikan negara
melanggar hak azasi manusia
atau kejahatan kemanusiaan
bagaimana dengan mereka yang terkesan kebal hukum?

ini bukan tuduhan sodare
bukan pula mencurigai kebenaran-kebenaran yang disembunyikan
atau mendiamkan kemajalan institusi terhadap pemberantasan korupsi

ini soal membangun integritas sodare
integritas yang sejatinya menjadi simbol penegakkan hukum
bukan integritas yang kelamaan terbuai dalam mimpi negeri 10001 malam
yang penegakkan hukumnya lebih memihak kepada si-kuat, mencederai si-lemah
yang menghalalkan traktat tak tertulis yang bernama tebang pilih;

mestikah kita bertanya lagi
KPK itu ada buat apa? untuk siapa?
untuk kepentingan a b c d e f sampai z kah?
atau hanya jadi sekadar barang pajangan di etalase sebuah sistem kereziman?

sejatinya,
penegakkan hukum tak pantas berada di area abu-abu yang bernama, "sensasi"
KPK memang harus berdiri tegak
tidak condong ke sana kemari berdasarkan pesanan
sebagaimana ilalang yang berlenggak-lenggok mengikuti ke arah mana angin bertiup
hm, semoga saja tidak demikian!

: selamat bekerja KPK

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline