Lihat ke Halaman Asli

Arrie Boediman La Ede

TERVERIFIKASI

: wisdom is earth

Tragedi Nasi Kotak di Pengungsian

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391872141899910530

[caption id="attachment_321415" align="aligncenter" width="598" caption="nasi aking / msn.com"][/caption] adalah sebuah kota kota yang berada dalam satu garis bencana bencana banjir, macet, polusi, sumpah serapah, tunjuk hidung adalah sekelompok pengungsi korban banjir kiriman paket bopunjur telah menenggelamkan harga dirinya, di tenda-tenda adalah sekelompok relawan di antara dapur-dapur umum, di antara rasa cinta sekadar berbagi rasa kemanusiaan, tulus, ikhlas adalah baju-baju, celana-celana, nasi kotak terkotak-kotak di hati para pengungsi terbuang-buang diketidakrelaan adalah sungai-sungai, selokan-selokan yang dialiri sampah-sampah rumah tangga, rumah tetangga di sana, pengungsi merana, relawan meringis, sang gubernur pening tujuh keliling, de pe er sipat kuping apa lacur beras kencur? di sana sini, berkotak-kotak nasi dan lauk pauk di buang-buang, terbuang-buang sebagaimana sampah, sebagaimana harga diri kata sebagian pengungsi, "nasinye kagak enak!" "lauk pauknye kagak nendang beh!" : alamak! oalahhhh, pengungsi oh pengungsi! berdo'alah dalam-dalam, khusyuk-khusyuk "semoga ntar malam banjir tak dikirim lagi dari puncak" agar relawan-relawan itu bisa segera pulang ke rumah hatinya agar berkotak-kotak nasi dan lauk pauk yang di anggap tak sedap itu tak lagi menjadi sampah di hati kaummu, wahai pengungsi! duh! serambi sentul, 07/02/2014 ©2014-arrie boediman la ede

129818307431393609

--------------------------------------------------



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline