Pendidikan yang terintegrasi dengan pondok pesantren banyak diminati oleh para orang tua saat ini. Semua berawal dari memuncaknya wabah covid-19 yang menjadi duka seluruh masyarakat dunia sekitar dua tahun lalu. Adanya pembatasan ruang kegiatan dalam berbagai lini kehidupan, tak pelak pula berimbas pada dunia pendidikan. Pembelajaran online atau lebih dikenal dengan istilah daring (dalam jaringan), membuat banyak orang tua merasa kewalahan dalam menghadapi situasi tersebut. Penggunaan fasilitas gawai yang awalnya sebagai media pembelajaran ternyata semakin tak mampu lagi dilepaskan dari keseharian anak-anak. Hal tersebut menjadikan mereka lebih banyak menikmati waktu bersama gadgetnya yang mempengaruhi mobilitas dan antusiasme belajar. Oleh karenanya, para orang tua banyak yang memilih pendidikan formal seperti pondok pesantren atau boarding school.
Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk merupakan pondok pesantren modern, memiliki lembaga pendidikan formal tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Pondok Pesantren yang dipimpin oleh Mudir (Pimpinan Pondok) Ustadz Iin Gunawan,S.Pd.I. ini menggabungkan pembelajaran berbasis kurikulum nasional dengan kurikulum kepesantrenan. Sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah selalu berupaya mengikuti tuntutan zaman dan teknologi. Selain penguasaan dalam kompetensi keagamaan, para santri pun dibekali dengan kompetensi pembelajaran umum, bahasa, serta bidang IT ( Information and Technology). Dengan demikian, para lulusan pondok diharapkan mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman.
Kegiatan Gebyar WASABA (Wali Amanah Santri Baru) yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk Garut, Provinsi Jawa Barat, tanggal 31 Juli 2022 begitu meriah dan penuh haru. WASABA merupakan program serah terima santri baru dari para orang tua kepada pihak pondok pesantren. Kegiatan ini menjadi program agenda tahunan Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk yang dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru. Selain itu, WASABA juga bertujuan untuk lebih mempererat tali silaturahmi antara orang tua santri dengan para pembina pondok.
Kegiatan WASABA pun menjadi sebuah ajang pentas kegiatan unggulan santri. Beberapa unjuk kreasi dan prestasi tak luput dari perhatian para orang tua yang hadir. Persembahan seni vokal tim Paduan Suara Santri, Seni Bela Diri Tapak Suci Putera Muhammdiyah, story telling, puisi dan pidato dalam tiga bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab), serta seni marawis, ditampilkan secara apik dan menarik.
Satu hal paling utama adalah lantunan ayat suci Al-quran oleh para santri hafiz dan hafizah. Beberapa santri yang telah memiliki hafalan sebanyak dua juz hingga enam juz melantunkan ayat suci Al-quran dengan khusyu dan syahdu. Oleh karena Al-quran sebagai pedoman hidup umat muslim, maka tahfiz Al-quran menjadi salah satu program unggulan Pondok Pesantren Al-Manaar Muhammadiyah Pameungpeuk. Dengan menanamkan kecintaan terhadap Al-quran, para santri diharapkan mampu memiliki tumpuan dan tuntunan dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan mencintai Al-quran, santri akan mampu menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual atau al-'ulumul 'aqliyah serta kecerdasan spiritual atau al-'ulumul naqliyah.
Kegiatan WASABA menjadi momentum penting dalam menyampaikan pesan betapa berharganya menghidupkan Al-quran dalam setiap langkah manusia. Para santri yang telah memiliki banyak hafalan sangat dituntut untuk tetap menjaga konsistensi dalam mempertahankan dan menambah hafalannya. Mereka ditempa tanpa lelah dalam kegiatan muroja'ah, yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mengulang-ulang hafalan tanpa melihat mushaf Al-quran untuk menjaga dari lupa dan salah.
Dalam kesempatan ini hadir sebagai pengisi materi, Drs. K.H. Iyet Mulyana, M.Si., selaku Wakil Ketua LP2 (Lembaga Pengembangan Pesantren) PP Muhammadiyah. Beliau menyampaikan pesan indahnya kepada para orang tua santri baru, " Biarlah orang tua menangis saat berpisah dengan putera puteri demi menimba ilmu agama, agar kelak tidak menangis karena putera puterinya tidak memiliki ilmu agama ... "