Lihat ke Halaman Asli

“Jakarta Gak Macet ? Wah aneh ya...?”

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12907890151372593040

Judul tulisan ini memang agak “ironi”, tapi memang frase tersebut sudah cukup menjelaskan kondisi Jakarta sekarang ini, terutama dalam hal lalu lintas transportasi. Entah apakah memang sudah menjadi suatu kebudayaan atau hanya sebuah insiden biasa, kemacetan menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi Pemerintah DKI Jakarta yang sekarang diawaki oleh Foke (Fauzi Bowo). Sedikit melupakan permasalahan lain yang juga dialami oleh Ibu Kota tercinta ini seperti banjir, kesulitan air bersih, tingkat kriminalitas dan lain sebagainya, tetapi bukan berarti permasalahan-permasalahan tersebut menjadi kurang penting. Namun maksud penulis mengangkat tema tentang kemacetan di Jakarta ini bukan hanya untuk membuka permasalahan tersebut tetapi juga mencoba menampilkan beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta. Firdaus memaparkan bahwa total kerugian tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa sektor seperti kerugian akibat bahan bakar, kerugian waktu produktif warga, kerugian pemilik angkutan umum dan kerugian kesehatan.

Adapun jumlah kerugian yang paling besar adalah pada sektor kerugian bahan bakar yang bisa menghabiskan hingga Rp. 10,7 triliun per tahun. Kerugian bahan bakar ini dilihat dari banyaknya BBM yang terbuang karena kendaraan terjebak kemacetan. Sedangkan jumlah kerugian terbesar kedua adalah kerugian waktu produktif warga negara yang diperkirakan mencapai Rp. 9,7 triliun per tahun. Akan tetapi, yang paling dicemaskan adalah kerugian di sektor kesehatan yaitu sebanyak Rp. 5,8 triliun per tahun. Kerugian kesehatan antara lain karena stres atau faktor polutan asap yang keluar saat kemacetan dan terhirup oleh warga ibukota lainnya yang sedang melintas. Sedangkan kerugian yang diderita pemilik angkutan umum bisa mencapai Rp. 1,9 triliun per tahun karena berkurangnya jumlah rit yang bisa ditempuh angkutan umum akibat macet.

Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menilai masalah kemacetan di Ibukota Jakarta idealnya diselesaikan dengan memperbaiki layanan transportasi umum termasuk menambah jumlah armada Transjakarta. Menurut Djoko, permasalahan kemacetan di Jakarta tidak hanya bisa diselesaikan melalui pembangunan ruas jalan baru. Sebab, penambahan ruas jalan justru akan membuat masyarakat tertarik untuk membeli kendaraan bermotor.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan pembatasan kendaraan dengan sistem electronic road pricing akan efektif mengurangi kemacetan di Jakarta. Hal tersebut disampaikannya seusai rapat tentang transportasi massal di Istana Wakil Presiden (ANTARA News). Foke mengatakan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) untuk ERP telah berada di Direktorat Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan dan akan dibahas oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Dalam rapat soal transportasi massal itu juga membahas solusi jangka panjang untuk masalah transportasi di Jakarta yaitu dengan angkutan cepat massal (mass rapid transit). Pola MRT untuk Jakarta dilakukan dengan merevitalisasi kereta api dengan mengkaji loopline dan jalur-jalur ke Tangerang, Bogor dan Bekasi, menambah dengan subway dan monorel.

Apapun usaha yang akan dan sedang dilakukan Pemerintah mengenai masalah kemacetan di Jakarta, harus tetap kita dukung sepenuhnya. Serta diperlukan sekali peran aktif kita dalam pelaksanaannya tersebut. Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini bisa memberikan gambaran dan wawasan mengenai masalah kemacetan yang terjadi di Jakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline