Lihat ke Halaman Asli

Arra Yusuf

Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Catatan Anak Negeri; Aku.. Ra'popo

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Ra'popo


Sekian tahun hidup barangkali saya memang hanya benalu bagi pohonan subur yang tumbuh di tanah ini. Sungguh, saya rasa saya tidak sedang mengeluh, Tuan, Puan.. saya hanya ingin menulis. Boleh?

Anggaplah saya tak tahu diri pula tak paham arti kata ajaib terima kasih. Benar, anggap saja begitu. Dengan begitu, tak ada yang perlu saya konfirmasi lagi di kemudian hari.


Melihat berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini, bahkan sebelum-sebelumnya. Sejak mula saya melek dunia dalam berita itu berisi informasi seputar negri sendiri dan seluruh dunia, saya paham dunia tak seindah yang orang-orang bisikkan saat saya baru lahir. Welcome to the world, baby.. rasanya kini saya ganti saja, welcome to the dark jungle! Yeah!


Tuan, Puan, pernah muda, kan? Menjadi muda nyatanya tak selalu menyenangkan. Belakangan, menjadi anak muda (seolah-olah) berarti siap menjadi sorotan mata kamera pemburu berita.


Sekali lagi, anggap saya terlalu hiperbol, Tuan, Puan terhormat. saya, sebagai generasi muda, ah dan yang membanggakan katanya saya dan kawan-kawan saya adalah generasi penerus bangsa, benar? Penerus takhta negeri ini? Beberapa kali... rasanya memang seringkali kami dianggap menyebalkan, bukan?

Kami, mungkin adalah sekelompok anak muda yang sering Tuan Puan jumpai di jalan-jalan. Membawa spanduk besar-besar sambil berteriak lantang, menentang! Menantang!

Atau yang biasa kalian jumpai di panti rehab juga di balik jeruji. Wajah bersimbah sesal dengan sedikit tawa sandiwara penutup lara.

Kami juga, yang mungkin pernah Tuan Puan jumpai di terik siang atau tengah malam. Di dalam gerbong, di dalam bus berbau apek, menjulurkan tangan setelah mempertunjukkan kesenian ala jalanan. Dengan sajak pada selembar kertas lusuh, kecrekan, gitar butut, kendang hasil kreasi sendiri, bernyanyi seserak suara hati.

Silakan, kutuk, rutuklah kami... jika itu yang Tuan Puan kehendaki.


Kami juga, mungkin yang pernah Tuan Puan temui di sudut-sudut gedung, pelataran rumah ibadah, atau rumah-rumah sewaan. Tengah duduk dilingkari anak-anak serta remaja tanggung yang haus ilmu pengetahuan. Memberi sedikit bekal pengetahuan agar generasi di bawah kami tak begitu temaram, tenggelam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline