Oleh Ar rafi' Kusumarachman, S.Pd.I, M.Pd
Indonesia adalah negara yang kuat dan sedang mempersiapkan generasi yang tangguh. Diperkirakan pada tahun 2045 bonus demografi menjadi keuntungan untuk Indonesia, dimana populasi penduduk Indonesia akan didominasi oleh usia-usia produktif. Untuk itulah pemerintah saat ini sedang benar-benar mempersiapkan generasi itu agar Indonesia menjadi negara yang kuat. Dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk usia produktif antara 16 hingga 65 tahun diperkirakan tepat saat Indonesia berusia 100 tahun.
Sehingga kesempatan ini dapat dijadikan untuk mengoptimalkan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dan memajukan bangsa. Namun apabila ditinjau dari segi SDM tenaga kerja Indonesia masih sedikit yang berpendidikan menegah keatas, sehingga daya saing masih relatif rendah. Melihat adanya kesempatan dan tantangan pemerintah tentu mengupayakan agar generasi muda Indonesia benar-benar siap menghadapi bonus demografi. Upaya pemmerintah saat ini dapat dirasakan oleh generasi muda adalah kurikulum Merdeka Belajar. Dimana dalam kurikulum itu befokus pada aspek pengembangan kreativitas dan inovasi dalam studi permasalahan.
Dalam Keputusan Mendikbudristek RI Nomor 56/M/2022 dijelaskan bahwa Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter yang sesuai dengan profil pelajar Panasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.
Tujuan Pendidikan Nasional dapat diterjemahkan dalam penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang menjadi referensi utama arah kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Pelajar Pancasila yang menjadi perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila yang disingkat P5 dalam kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran interdisipliner untuk mengamati dan memecahkan masalah lingkungan dengan mempertimbangkan berbagai keterampilan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran berbasis Projek di intrakurikuler bertujuan mencapai Capaian Pembelajaran (CP), sedangkan pada projek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan untuk mencapai kompetensi profil pelajar Pancasila. Dalam pelaksanaanya satuan pendidikan haruslah melakukan indentifikasi awal untuk melihat kesiapan satuan pendidikan dalam menjalankan projek penguatan profil pelajar Pancasila tersebut dalam pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis projek adalah pendekatan yang dinamis dimana dalam prosesnya peserta didik secara aktif mengeksplor berbagai masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Pembelajaran ini bukan sekedar sebuah kegiatan yang menhasilkan sebuah produk atau karya, namun kegiatan yang mendasarkan seluruh rangkaian aktivitas pembelajarannya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Sehingga dalam pelaksanaanya biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek.
Pemerintah melalui Kemendikbudristek menentukan tema untuk setiap projek profil pelajar Pancasila yang diimplementasikan di satuan pendidikan. Dengan adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, satuan pendidikan perlu mengalokasikan waktu agar guru dapat bekerja secara kolaboratif. Kolaborasi antar Guru inilah yang akan menjadi kunci sukses atau tidaknya sebuah projek yang dijalankan oleh sekolah tersebut. Dalam pelaksanaanya, guru harus saling berkolaborasi secara lintas disiplin ilmu dalam meranang, memfasilitasi, dan menjalankan asesmen.
Kolaborasi antar guru mata pelajaran dalam pembuatan projek yang sudah ditentukan temanya oleh satuan pendidikan dapat tercapai dengan cepat juga membuat peserta didik lebih kreatif, inovatif, dan memudahkan guru dalam pembimbingan agar tercapai sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Untuk itu guru dalam berkolabirasi harus memperhatikan beberapa prinsip kunci penerapan P5, antara lain :
Pertama, Berfikir Holistik.
Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pemikiran secara menyeluruh dan berusaha menyatukan beraneka lapisan kaidah dan pengalaman sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing guru yang ada dalam satuan pendidikan dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan P5 dalam satuan pendidikan tanpa mengutamakan kepentingan pribadi dalam mata pelajaran yang diampu.