Jerman 2006, pertandingan perempat final, tuan rumah Jerman versus argentina. Tim tanggo unggul terlebih dahulu melalui gol Roberto Ayala pada menit ke 48. Dan setelah itu, hampir sepanjang pertandingan tim tanggo mengusai permainan. Riquelme yang "pelan tapi pasti" menjadi motor serangan yang sangat menakutkan. Umpan-umpan terukurnya mempermudah hernan crespo dan carlos teves untuk menggedor gawang jerman. Yah...argentina 2006 adalah tim yang nyaris tidak punya kelemahan di segala lini. kecuali mungkin abondanzieri yang merupakan pilihan terbaik dari yang terburuk. Lini tengah argentina 2006 selain diisi oleh requelme juga ada pablo "frodo" aimar yang memiliki kemapuan penguasaan bola yang sangat baik.
Jose Pikerman, arsitek yang juga membawa leonel messi dkk menjadi juara piala dunia junior melakukan sebuah kesalahan fatal yang akhirnya mengubah jalannya pertandingan. Bukan meramal ala mama loren,tapi seandainya saja dia tidak meremehkan jerman dengan menarik keluar Riquelme,mungkin italia tidak akan menikmati juara dunia-nya yang ke-4. Jose Pikerman yang melewati babak kualifikasi dengan sangat mulus, berbeda dengan maradonna sekarang, menghilangkan karakter menyerang tim tanggo pada menit-menit terakhir pertandingan tersebut. Dan miroslav klose menghukumnya. Dosa Pikerman hanya satu,yaitu menarik keluar riquelme,si motor tim.
Dan berbeda pula dengan Pikerman, Maradonna lebih kejam lagi, ia tidak memanggil Riquelme di tim tanggo. Banyak orang menganggap hal inilah yang membuat argentina terseok-seok pada babak kualifikasi,dan sepertinya si tangan tuhan pun menyadari itu. Lalu dipanggilah pemain uzur untuk mengisi posisi Riquelme. Sayang performa Veron memang tidak secemerlang dulu lagi. Selain umpan-umpannya yang sudah tidak akurat lagi, Veron pun tidak memiliki stamina yang cukup untuk mengatur pola serangan Tim. Buktinya adalah tidak mulusnya perjalanan Argentina untuk masuk ke putaran final Piala Dunia.
Kelelahan dan kekurang mampuan Veron ditunjukkannya pula pada pertandingan pembuka Tim Tanggo pada putaran final kali ini. Serangan yang nyaris tidak berpola dipertontonkan argentina saat melawan nigeria. Dengan materi pemain yang lebih dominan, pertandingan versus nigeria sepertinya hanya leonel messi show. Dan Juan Sabastian Veron seperti hanya menjadi pelengkap untuk tim 11. Veron sudah tidak mampu lagi menjadi motor tim apalagi pengatur alur bola. Veron memang tidak bisa membohongi umur. Walau maradonna percaya padanya.
Hal yang menarik dilakukan maradonna ketika menggatikan veron pada bagian akhir babak ke-2. Masuknya Maxi Rodriguez awalnya membuat saya bingung, karena sepengetahuan saya maxi Rodriquez adalah pemain yang biasa beropersi di sayap. berbeda dengan veron yang ditumpuk ditengah oleh maradonna bersama Mascherano, lalu siapa yang akan berada di tengah ? ternyata Leonel Messi-lah jawabanya.
kurang lebih sepuluh menit terakhir, leonel messi mengambil peran veron dan menjadi penggerak serangan argentina. Pola Tim Tanggo yang awalnya adalah 4-3-3,kemudian berubah menjadi 4-3-1-2 dengan leonel Messi menjadi penyerang lubang.Walau hanya kurang lebih 10 menit ,menurut saya, fungsi messi ini lebih baik dari pada fungsi veron. Dibantu dengan Diego Milito yang sepertinya lebih baik dalam berkolaborasi dengan messi dibandingkan higuain.
Penyesalan saya karena tidak dipanggilnya Requelme dan Zanetti,sedikit terobati dengan pola sepuluh menit terakhir tersebut. Semoga maradona menyadari bahwa Veron sudah uzur. Dan karena Requelme tidak dipanggil, maka mainkanlah Leonel Messi Sedikit kebelakang 2 orang striker, yang sebaiknya diisi oleh tevez dan Milito, bukan Tevez dan Higuain, sehingga, selain mempunyai ruang gerak yang lebih luas, karena berada di tengah lapangan perandingan, Messi pun lebih banyak mempunyai peran dalam tim. Joseph Guardiola pernah mengatakan bahwa Messi harus diberi tantangan lebih agar permainannya berkembang. Dan tantangan untuk menjadikannya motor permainan, bukan hanya sekedar eksekutor gol, dapat membuat peran Messi menjadi lebih dominan. Sehingga dia dapat menjelma menjadi seorang yang memang mirip maradonna, yang selain mempunyai kemampuan penguasaan bola yang ajaib juga mempunyai jiwa kepemimpinan yang mantap.
lebih dari segalanya...saya tetap mengunggulkan Belanda dengan Giovanni Sapulete yang menjadi kaptennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H