Lihat ke Halaman Asli

“BADAI PEMILU 2014” Menyeret Kader Dan Simpatisan PKS Cintai Partai Yang Lain (Bagian 2-Habis)

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian I

JUJUR SAJA, penulis kesulitan mencari kosakata yang tepat untuk menggambarkan hiruk pikuk suasana pemilu 9 April 2014 mendatang. Hingga akhirnya penulis memakai kata “BADAI PEMILU 2014” sebagai gambaran ngerinya negeri kita tercinta (Indonesia) menjelang pemilu 2014. Kontestasi politik 2014 tidak sekedar diramaikan oleh partai merah, kuning, biru, hijau, atau putih saja, namun ada sekelompok tertentu yang mencoba menunggang demi meraih keperuntungan di senanyan. Tujuan kelompok tersebut adalah untuk menancapkan kepentingan dan ideologinya melalui sistem pemerintahan dan perundang-undangan di Indonesia. Ruang lingkup kelompok tertentu yang penulis maksud dalam artikel ini adalah jaringan islam liberal (JIL) dan Syiah serta pendukung GOLPUT. Adapun kelompok tertentu dalam lingkup lebih luas beserta agendanya dapat dibaca di artikel lain, misalnya di link ini.

Sumber: M. Syah Irsan (Kompasiana, 2013)

JIL dan Syiah seringkali mengatasnamakan Islam namun sejatinya bukanlah Islam. Ajaran JIL dan Syiah melengceng jauh dari aqidah Islam, sehingga patutlah jika banyak yang mendukung agar MUI memfatwakan keduanya sebagai aliran sesat di Indonesia. Dalam pemilu 2014, tokoh-tokoh JIL dan Syiah nampak meramaikan bursa calon anggota legislatif. Ulil Abshar Abdalla yang sangat dikenal sebagai dedengkot JIL adalah Caleg DPR RI nomor urut 7 dari Partai Demokrat untuk Dapil Jateng III (Kab. Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan). Seakan tak mau kalah, Syiah juga mencalonkan dedengkotnya yaitu Jalaluddin Rakhmat sebagai caleg DPR RI nomor urut 1 dari PDIP untuk Dapil Jabar II (Kab. Bandung dan Kab. Bandung Barat). Apa jadinya negeri ini jika para dedengkot aliran sesat itu duduk di pemerintahan sehingga berpeluang untuk leluasa memainkan agendanya? Dalam artikel yang dirilis dakwatuna menuliskan Zuhairi Misrawi tokoh JIL sekaligus Caleg dari PDIP akan mengusulkan tokoh syiah Jalaluddin Rakhmat untuk menjadi menteri agama jika nanti partainya berkuasa.

13949850141044143033

Sumber: http://www.lppimakassar.com

Terbayang ngerinya negeri ini jika kepentingan kedua kelompok ini dapat diakomodir di senayan. Terbayang ngerinya negeri ini jika peraturan perundang-undangan melengceng jauh dari ajaran agama lantaran sedikitnya pejuang Islam di pemerintahan RI. Terbayang ngerinya negeri ini jika ajaran kedua aliran tersebut tersebar bebas di pelosok negeri, padahal di negeri ini berpenduduk muslim terbesar. Na’udzubillahi min dzalik.

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar ternyata tidaklah mudah memenangkan partai Islam di setiap pemilihan umum. Kekecewaan sebagian umat Islam dan banyaknya angka GOLPUT ditengarai menjadi faktor penyebab kekalahan partai-partai Islam. Kekecewaan umat Islam sebenarnya cukuplah beralasan, lantaran partai Islam yang barangkali dulu pernah didukungnya seolah-olah larut dalam fatamorgana kancah perpolitikan Indonesia. Perubahan gaya hidup atau terlibatnya kasus korupsi bagi sederetan politikus dari partai Islam menjadikan luka lara yang menyayat di hati umat Islam.

Korupsi merupakan tindak kriminal sekaligus perbuatan dosa yang dilarang agama. Ada dua hal menarik yang dapat diambil sebagai hikmah dari hal ini. Pertama, sudah seharusnya hal ini dijadikan pelajaran berharga bagi para pemimpin partai untuk menciptakan sistem kaderisasi yang mampu mendukung islamisasi dalam segala sisi kehidupan para kadernya. Sehingga dalam setiap langkah, kader partainya selalu mengedepankan akhlak islami. Kedua, apakah GOLPUT benar-benar sebagai langkah aman dalam pemilu? Bukankah kita sedang dihadapkan dengan BADAI PEMILU 2014, yaitu badai yang membawa berbagai arus kepentingan? Bukankah nampak jelas di depan mata bahwa aliran penentang Islam-pun turut memainkan kepentingannya di sana? Belum lagi kepentingan asing yang hendak menguasai negeri? Apakah benar-benar sudah tidak ada harapan lagi, walau sekali ini saja (pemilu 2014), untuk memastikan pilihanmu ke partai Islam? Apakah GOLPUT benar-benar langkah aman?

Cobalah berfikir sejenak!

Sekali lagi, cobalah berfikir sejenak!

Bagian II

Mari kita menganalisis kinerja parpol beberapa tahun ke belakang. Semoga hasil analisis ini mampu mencerahkan cara pandang kita dan tidak menjadikan GOLPUT sebagai langkah aman di tengah BADAI yang hendak menerjang Indonesia dalam pemilu 2014. Masih ada partai yang layak dipilih pada pemilu 2014. Setidaknya memilihnya atas dasar TIGA hal berikut ini:

1.Indeks korupsi terendah

Indek korupsi terendah merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan dasar dalam memilih partai. Dalam hal ini, gunakanlah sumber media secara berimbang agar kesimpulan kita tidak salah. Apa yang bergaung di media mainstrem seringkali tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Media masih menggiring opini bahwa partai-partai rezim korupsi tertinggi masih dipilih rakyat, dan memoles partai korup menjadi bersih dan layak dipilih.

Sejak tahun 1999 – 2013 banyak sekali korupsi dilakukan partai-partai nasionalis, namun sepi berita. Partai koruptor selalu menang. Media sengaja menggiring opini bahwa partai nasionalis bukan pelaku korupsi. Jadi siapa pelaku korupsi menurut media, lembaga atau LSM anti korupsi tak berani teriak siapa koruptor yang sesungguhnya. Bagan partai jawara korupsi dan kerugian negara berikut ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi penyeimbang bagi Anda. Informasi ini harus diumumkan dan diketahui masyarakat agar rakyat tahu kondisi korupsi oleh parpol yang sesungguhnya terjadi.

1396330336596873070

Sumber : www.kaskus.co.id; www.youtube.com

2.Pengembalian Gratifikasi Terbesar

Pengertian GRATIFIKASI menurut penjelasan UU No 20 tahun 2001 Pasal 12B diartikan pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Dalam UU tersebut, gratifikasi tidak berlaku jika penerima melaporkan dan mengembalikan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Parpol dengan tingkat pengembalian gratifikasi terbesar adalah cerminan partai yang bersih dan layak dipilih pada pemilu mendatang.

1396330517581902251

3.Peduli Kita Setiap Waktu

Khusus hal ini, penulis menyerahkan penilaiannya kepada masyarakat (pembaca_red). Parpol manakah di daerah Anda yang lebih peduli di setiap waktu? Seringkali kita mendapati parpol berubah menjadi lebih peduli ketika menjelang pemilu saja. Jika ada parpol yang terus peduli di setiap waktu dan tidak terbatas pada setiap pemilihan aja adalah HAL unik yang patut kita jadikan pilihan.

Kita harus memilih parpol berdasarkan fakta dan data untuk dijadikan acuan dalam memilih. TIGA hal di atas setidaknya dapat dijadikan dasar dalam menentukan pilihan pada pemilu 9 April 2014 mendatang. Apabila kita menganalisis lebih mendalam, TIGA hal tersebut tertuju kepada PKS.

Mengapa semuanya tertuju kepada PKS? Nah, itulah uniknya PKS. Di tengah maraknya korupsi, PKS masih “relatif” bersih, dan PKS berkomitmen akan terus berusaha menjadi partai paling bersih dari korupsi. Seiring seirama, PKS telah menjadi parpol paling banyak mengembalikan uang gratifikasi ke negara. Apabila dalam kasus korupsi besarnya kerugian negara tercatat hanya sekitar 300 juta, dibandingkan parpol lain yang tembus dalam satuan milyar. Di sisi lain, dalam pengembalian uang gratifikasi, PKS menjadi partai terdepan. PKS telah mengembalikan uang gratifikasi ke negara dalam satuan milyar, sedangkan parpol lain hanya dalam hitungan jutaan rupiah, bahkan ada beberapa partai belum melaporkan.

PKS juga menjadi partai terdepan dalam program pelayanan masyarakat. Mulai dari baksos (bakti sosial), pengobatan gratis, bimbingan belajar gratis, hingga selalu peduli kepada korban bencana. Dalam hampir setiap bencana alam melanda negeri ini, PKS selalu hadir untuk memberikan bantuannya. Dan sebagainya...sebagainya.

13963307081457117274

Kuatnya arus BADAI PEMILU 2014 sudah seharusnya bagi warga Indonesia, terlebih lagi bagi kader atau simpatisan PKS musti tetap cinta setia kepada Partai Keadilan Sejahtera, atau partai yang lain daripada yang lain. Menurut analisis penulis, partai yang lain daripada yang lain tidak lain dan tidak bukan adalah PKS itu sendiri. Di saat partai lain memiliki tingkat korupsi terbesar, PKS adalah partai dengan tingkat korupsi terkecil. Di saat partai lain mengembalikan uang gratifikasi ke negara dalam satuan kecil (puluhan juta), justru PKS menjadi partai terdepan dalam pengembalian gratifikasi dalam satuan besar (milyar). Di saat partai lain sedang menampakkan kepeduliannya kepada masyarakat, PKS sudah dan selalu peduli di setiap waktu.

# Salam TIGA besar dari kami di Sala3.

# Salam AYTKTM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline