Tanggal 3 Mei 2023 yang lalu, Ibu saya meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Sesuai dengan adat batak , Ibu disemayamkan dirumah selama 4 ( empat) hari, kenapa lama sekali? Ya...wajar pertanyaan itu dialamatkan kepada kami.
Pertama dalam waktu yang hampir bersamaan salah seorang anggota Sarikat dikampung kami ( semacam Perkumpulan Tolong Menolong ) menikahkan anaknya keluar kota, tentu sangat berpengaruh ke acara adat Ibu kami, hari berikutnya seorang Ipar kami pun mengadakan acara Pra Nikah (partumpolon) keluar kota juga. tentu kami harus mengalah, sebab kedua acara tersebut sudah jauh- jauh hari mereka rencanakan, karena sangat tidak mungkin acara adat ibu kami tidak dihadiri para orangtua / Tokoh masyarakat yang ada dikampung kami. Begitu lah bentuk toleransi yang kami jalankan selama ini terhadap kumpulan - kumpulan sosial di lingkungan kami tinggal.
Hari Kamis tanggal 3 Mei 2023 pukul 15.00 WIB disaat Ibu meninggal dunia di rumah sakit terdekat, saya sangat terpukul sekali, tidak menyangka almarhumah ibu saya akan pergi secepat itu, hanya seminggu merasakan sakit karena terpeleset dirumah.
Para tetanggapun datang membantu kami membereskan rumah, memindahkan pot-pot bunga dan perabotan pada tempatnya, Saya tidak menduga mereka akan ikhlas membantu kami, sementara Ibu masih diformalin dirumah sakit. memasuki usia 80 tahun, ibu tidak mau lagi pergi mengunjungi anak-anaknya yang hampir semua berada di Jakarta, Bogor dan Bekasi.
Hingga akhir hayatnya ibu tinggal bersama kami. Hubungannya dengan artikel ini adalah hal penting yang harus saya sampaikan, yang mungkin bagi sebagian orang menganggap biasa dan sepele. bahwa toleransi dan keberagaman itu masih terasa di kota kami Pematangsiantar, terutama di Lingkungan kami. moment tersebut sayang dilewatkan, para tetangga kami silih berganti menjenguk/ melihat ibu sehingga membuat kakak-kakak saya terkagum-kagum dan salut melihat mereka. "Si oppung baik dan ramah" kata mereka, saya juga mendengar bocoran dari tetangga sebelah mengatakan hal yang sama tentang saya, ternyata mereka punya penilaian tersendiri terhadap kami.
Berdasarkan pengalaman diatas, saya ingin sedikit mengulik arti dari Toleransi. Tentu kapasitas saya tidak untuk menggurui. Siapapun diantara kita pasti paham arti dan tujuan Toleransi. Toleransi saya artikan adalah sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati keberagaman budaya dan perbedaan berekspresi. Hal tersebut dapat pula kita temukan masing-masing dalam Kitab suci yang kita yakini.Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan Ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing.
Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda. Toleransi ini biasanya terlihat jelas pada Agama (keyakinan). Sikap toleransi yang tumbuh dari masing-masing individu dapat memberikan nilai tersendiri apabila terjun langsung ke masyarakat.
Sebagai informasi, bahwa kehidupan beragama di komplek kami sangatlah harmonis, kami saling menghargai satu sama lain, keberagaman kami seimbang, bila tetangga ada hajatan, mereka tidak lupa mengundang, demikian pula ketika ada tetangga yang meninggal dunia, kami saling mengunjungi dan menunjukkan rasa simpati.
Bentuk toleransi yang pernah saya jalankan adalah ketika seorang tetangga didepan rumah kami meninggal dunia, kami tidak sungkan membuka gerbang rumah buat parkiran para pelayat. Demikian juga sebaliknya, kami saling membantu apa yang dikira perlu untuk acara hajatan tersebut. hanya saja batasan yang perlu kita hormati adalah menjaga lingkungan agar tetap nyaman, karena biasanya adat dan budaya yang kita lakoni juga menunjukkan keberagaman, apalagi Suku Batak sangat identik dengan musik dan lagu. Sehingga kami harus bisa mengkondisikan situasi.
Bentuk toleransi yang lain adalah kami tidak merasa terganggu dengan suara-suara azan yang dikumandangkan dari Mesjid. Karena lingkungan kami juga dikelilingi beberapa Mesjid. Justru kami sudah terbiasa dan menjadi kan hal itu Alarm buat kami untuk melaksanakan aktifitas.
Kami juga bebas beribadah dirumah kami umat Kristiani yang kami laksanakan seminggu sekali ( Partangiangan ) atau kalau boleh disamakan dengan acara Wirit bagi saudara kaum Muslim.