membaca judul diatas, geli dan seram. entah siapa yang pertama membuat nama tersebut dan diresmikan oleh siapa. tapi tak pentinglah itu, apalah arti sebuah nama, nanti saja kita tanya pada rumput yang bergoyang. semoga para jendis - jendis tidak marah.
Disaat si covid merajai dunia kahe ini, banyak fenomena yang aneh dan lucu-lucuan kita jumpai, yang tidak biasa menjadi biasa, yang biasa bisa jadi tidak biasa. contohnya penggila bunga. hampir semua orang sekarang mengidolakan bunga apalagi kaum ibu-ibu, pantang tak melihat bunga yang cantik dan unik , pasti berusaha untuk memiliki. mulailah dirancang untuk beli bunga itu ,beli pot dan beli pupuknya, tadinya ini tidak masuk di menu pengeluaran keluarga, tapi karena kondisi sicovid ( kita distrap dirumah ) terpaksa dilakukan dengan bujuk rayu dan sedikit gombal kepada sang suami agar dapat menyisihkan biaya untuk beli bunga-bunga tersebut. padahal kalau dilihat dari segi ekonominya tak banyak membantu ( ini menurut saya ya )
saya pernah berkunjung ke tempat penjual bunga yang ada di kota kami, serasa sejuk pandangan mata melihat barisan bunga-bunga yang tersusun rapi dengan segala jenis nya. karena saya awam soal bunga , bagi saya yang penting warnanya cantik , dan harganya masih layak. Ada satu jenis bunga yang sengaja ditempatkan dipojok, ketika si penjual bunga memperkenalkan , " yang ini namanya aglonema suksom harganya 650 ribu, yang sana namanya aglonema jaipong harganya 800 ribu, yang paling pojok sono namanya janda bolong, harganya 8.juta," ( hah.....mati anak ayam)
jangan heran bu, masih ada yang 10,bahkan 50 juta, sayapun terduduk memikirkan harga bunga itu, sedikitpun tak niat mau membeli, tapi saya berpikir siapalah gerangan yang mau berjudi membeli bunga ini? untuk apa, dan apakah memang berkhasiat atau apalah manfaatnya buat kehidupan? dia mungkin tokeh ya (istilah orang medan kalau banyak uang)
Menghadapi orang-orang yang fanatik atau gila pada sesuatu, kita tidak bisa mencelanya, karena itu masalah hati dan perasaan, sama halnya dengan orang yang mau membeli mobil mahal, uangnya banyak, kepuasannya mungkin tidak sama dengan kepuasan kita yang cukup punya mobil sederhana yang penting tidak kena hujan. karena uangnya banyak, ringan saja dia membayar berapapun jumlahnya, yang jelas hatinya puas, sama hal nya dengan orang yang mau membeli bunga janda bolong tadi , dialah yang mengetahui apa yang harus diperbuatnya terhadap bunga-bunga mahal tersebut. bahkan ketika janda bolong sudah beranak kembali, mungkin sudah ada yang meminang anaknya untuk dikembangkan, disitulah keuntungannya barangkali.
Tak banyak yang mau dibahas di kondisi sekarang dimana orang-orang sudah mulai menggilai bunga. nyatanya kita masih punya budaya ikut-ikutan, jadi yach...kita lihat saja limit kebosanan dan kecintaan bunga ini sampai kapan? hanya saja jangan karena bunga sudah dibeli mahal, rusak sedikit atau mati barangkali, maka terjadi tindak kekerasan didalam keluarga atau disekitar lingkungan, siapa tau ayam tetangga suka terbang dan memilih bunga mahal untuk diinjak-injak ,ayam kan tidak mengetahui berapa harga bunga itu, atau barangkali tempat nya kurang memadai dan tidak mendukung sehingga bisa saja saudara kita yang sedang berkunjung iseng menyentuh dan merusak bunga tersebut, kan berbahaya.....hubungan persaudaraan pun bisa retak gegara si janda bolong yang mahal.
membicarakan bunga mahal seperti ini kurang menarik menurut saya, tapi kalau membahas bunga uang deposito,tabungan dan bunga para rentenir baru seru, hehehehehe.. karena saya kurang serasi memelihara bunga. jadi masih berpikir sepuluh kali untuk beli bunga mahal, apalagi si janda bolong, bunga mawar dan bunga bougenville yang hanya seharga 10-50 ribu itulah yang sudah menghiasi teras rumah kami. cantik kog.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H