Lihat ke Halaman Asli

Arnold C.Turang

Bersama Merawat dan Pelihara Bumi Rumah Kita Dengan Bermartabat

Sekarang, Tanam Kelapa Tidak Harus Dipanjat

Diperbarui: 11 Oktober 2022   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Mentan SYL, saat mengunjungi Balitpalma di Manado (Dok pribadi)

Ketika kita mendengar tanam kelapa, yang terpikir adalah: memanjatnya nanti ?, umur panennya kapan ?. Begitulah mindset kita, saat mendengan tanam kelapa. Kelapa, adalah tanaman rakyat dan sudah ada sejak ratusan tahun di Indonesia. Sudah melebur menjadi budaya dan bagian kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya Minahasa.

"Karena cengkeh pala dan kopra, kagumkan pasaran dunia". Cuplikan syair lagu "Oh Minahasa" yang diekspresikan oleh para komponis Minahasa di masanya. Kelapa adalah kekayaan sumberdaya alam Minahasa untuk Indonesia dan Dunia. Itu harus digemakan lagi.

Dengan kembali, menggalakkan tanam kelapa untuk kembalikan kejayaannya, adalah smart. Karena tanaman kelapa dengan segala kelebihannya, dapat menjadi penyangga krisis pangan Indonesia dan Dunia.

Mencermati pesan Joko Widodo (Jokowi) Presiden Indonesia,  dalam saat menanam kelapa Genja: "Lahan tidak produktif, diproduktifkan dengan ditanami kelapa Genja serta komoditas pertanian lainnya" dan sudah ditagretkan 1 (satu) juta kelapa genja dapat ditanam di seluruh Indonesia (Selindo).

Dari Bojolali oleh Presiden, 'gema' kembali menjayakan kelapa dari Indonesia untuk dunia dimulai. Hal ini harus ditangkap dengan cerdas para penggiat pertanian. Karena manfaat tanaman kelapa, dan sifat kelapa dapat terintegrasi dengan tanaman pertanian lain, harus dioptimalkan.

Cara ini langkah tepat kita, di Negara agraris dengan bentangan garis pantai terpanjang dunia. "300 juta lebih, bahkan bisa 800 juta orang akan kekurangan pangan dan kelaparan", mengutip pernyataan Presiden Jokowi (Detik.com 11/08/22). Hal itu, dapat dimiliminer dengan dimulai saat ini. Menanam kelapa dan tanaman pangan lainnya terintegrasi adalah solusi atasi kerawanan pangan.

Foto Tanaman Kelapa Genjah Hijau di Balit Palma (Dok pribadi)

Menanam kelapa saat ini, tidak lagi harus menunggu lama dan akan memanjatnya nanti. Tapi dengan inovasi teknologi pertanian, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan), telah hasilkan tanaman kelapa yang tidak harus di panjat. Dan berbuah lebih cepat, umur 2,5 tahun banding tanpa inovasi teknologi 7-8 tahun baru berbuah.

Hasil dari para inventor di Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) Balitbangtan Kementan di Manado, sampai tahun 2022, telah melepas 52 varietas kelapa dalam, genja dan hibrida. Varietas-varietas ini, hasil inovasi teknologi smart karya anak bangsa.

Tentu, dengan mengikuti prosedur budidaya yang baik dan benar. Karena peningkatan produksi, hanya dapat tercapai dengan optimalkan teknologi budidaya yang baik. Seperti : dengan peremajaan tanaman bertahap, ukuran lobang tanam 1 m x 1 m, pemupukan organic hayati dan pengairan serta pemanfaatan sabut kelapa sebagai mulsa. Dengan optimalisasi inovasi teknologi diharapkan berbunga umur 2-3 tahun.

Demikian informasi inovasi teknologi pertanian, sebagai penyangga ketahanan pangan nasional dari Indonesia untuk Dunia. (#Artur'22).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline