Lihat ke Halaman Asli

Arnold C.Turang

Bersama Merawat dan Pelihara Bumi Rumah Kita Dengan Bermartabat

Kartu Tani, Sarana Presisi Pemerintah untuk Fasilitasi Poktan

Diperbarui: 5 Maret 2021   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Petani sayur desa Rurukan dan Kartu Tani (Artur)

Pertanian di era industry 4.0 (four point zero), tersajikan dengan serba smart. ‘Tari jari’ saja diatas keyboard mesin pinter (smart machine), ‘keperluan’ telah tersaji. 

Demikian akan kebutuhan hulu dan hilir kegiatan usahatani, di era smart. Menuntut para penggerak pertanian juga harus mengikuti dinamika global kekinian ini.

Belum demikian yang dialami sebagian petani, termasuk Rudy. Beliau ‘parno’ (paranoid) menghadapi kegiatan usahataninya. 

Lagian informasi terkait ketersediaan pupuk mulai diatur sistim digital, sementara beliaunya belum berpikir demikian. Erahnya kekinian sudah di zamannya serba “dimudahkah”. Bagi mereka yang tidak gagab teknologi.

Si Rudy, memang petani rajin, namun kurang peduli dengan urusan kelompok tani (Poktan). Masih terbawa masa ortunya, saat itu belum ‘laris’ ikut poktan. Namun teman dan kerabat, memasukkannya dalam poktan, karena giatnya di usahatani. Dengan pemilikan yang terlaporkan 1,5 ha saja, beliau sudah menjadi anggota. 

Tapi poktannya kurang patuh dengan komitmen pertemuan kelompok. Poktannya hanya 'sekedar berkelompok', agar dapat bantuan, kali. Demikian juga kelompok-kelompok yang lain barangkali sama, tapi belum terekam saja.

Sosok yang disebutkan diatas, dikenal sebagai petani sejati (tulen). Suka menanam Jagung, Kacang Tanah, Sayuran, Cabe, namun masih minim pemahaman dan kepedulia tentang pentingnya berkelompok. 

Pikirnya, yang penting rajin berkebun saja, pasti akan mendapatkan pupuk bantuan (disubsidi). Karena pengalaman mengikuti jejak orang tua (ortu)-nya, yang memang belum ‘penting’ berkelompok, tapi dapat bantuan pupuk.

Ya, memang era ortunya, penyuluh masih kesulitan menperkenalkan pupuk itu pada petani. Sehingga kalah itu, di gudang petani yang suka bergiat sarat dengan pupuk. 

Karena yang penting petani diberikan pupuk, penyuluhan mengikuti. Petani belum begitu mengenal pupuk, sehingga banyak pupuk diberikan pada petani yang passionnya menanam, termasuk ortu Rudy.

Pengalaman penulis sendiri dengan ortu dan banyak petani. Pupuk urea, karena mirip gula putih, digunakan pada kopi. Itu, karena pengenalan akan pupuk itu, baru mulai dibumikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline