Dia baru merayakan ulang tahunnya kemarin, tentu dia berharap untuk meraih emas sebagai hadiah ulang tahun. Akan tetapi, lagi medali perak yang diraihnya.
Meski begitu, dia masih terlihat gagah. Di usia 32 tahun, keringat, daya juang, selama 4 olimpiade dengan 4 medali, membuatnya dapat disematkan sebagai pahlawan olahraga. Eko Yuli Irawan.
Sebagai penikmat sepakbola yang menyukai adrenalin meningkat saat tim kesayangan berhasil mengejar ketinggalan dari lawan, saya harus mengakui bahwa pertandingan angkat besi kelas 61 kg Olimpiade Tokyo 2020 juga dapat memberikan sensasi yang sama.
Di Tokyo International Forum, duel di kelas 61 kg angkat besi, antara lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan dan lifter China, Li Fabin berlangsung ketat hingga akhir.
Cabang angkat besi khususnya di kelas 61 kg memang menyita perhatian saya, tentu saja karena ada lifter Eko Yuli Irawan yang sedang betarung.
Nasionalisme saya membubung tinggi, dengan asa yang menjulang, berharap agar Eko Yuli dapat menyumbangkan medali emas.
Saya bukan tanpa alasan mendukung dan berharap.
Berharap pada Eko Yuli bukan seperti berhajat untuk timnas sepakbola kita yang targetnya terlalu tinggi dari daya. Eko Yuli tidak demikian, Eko sudah memberikan hasil bukan hanya mimpi muluk melebihi kenyataan.
Eko Yuli adalah pemegang medali perak di Olimpiade Rio 2016 sekaligus pemegang rekor olimpiade ronde clean and jerk dengan 171 kilogram.
Oh iya. Sebagai informasi, angkat besi itu terdiri dari dua sesi, snatch dan clean and jerk.