Berita tentang dua tokoh politik nasional, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Fahri Hamzah yang mengunjungi Gibran Rakabuming Raka cukup "mengusik" saya.
Mengapa demikian? Saya cukup heran Walikota Solo yang baru seumur jagung itu ternyata menjadi magnet yang lebih besar dari yang saya perkirakan sebelumnya.
Maksud saya begini. Saya kira pengaruh paling besar yang membuat Gibran terpilih menjadi Walikota Solo adalah dia anak dari Jokowi. Tidak lebih tidak kurang.
Hampir tidak ada pengalaman politik Gibran yang membuat saya yakin dia akan menjadi Walikota, paling tidak akan sebaik ayahnya. Sedikit meragukan bagi saya.
Hanya, saya harus jujur, bahwa saya menyukai Gibran sebagai pribadi. Sering melihat sikapnya di medsos, dan bagi saya Gibran juga punya persona unik dan baik sebagai anak dari seorang presiden.
Itulah yang membuat saya sedikit menghindar, jika tak mau dibilang tenggelam dalam ragu, ketika ada yang sudah mulai menyebut-nyebut tentang proyeksi Gibran sebagai Gubernur DKI mendatang atau bahkan Presiden.
Akan tetapi, rasanya keraguan itu terusik, setelah saya membaca berita tentang tokoh politik nasional seperti Cak Imin dan Fahri Hamzah yang berurutan mengunjungi Gibran di Loji Gandrung, rumah dinas Walkot Solo itu.
Kapasitas kedua tokoh ini seperti membuat saya perlu kembali berpikir bahwa Gibran di masa depan bukan menjadi seorang anak muda yang akan begitu saja tenggelam dalam perpolitikan nasional.
Mengunjungi Gibran di Loji Gandrung seperti menjadi simbolisasi dari prediksi kedua tokoh ini tentang pengaruh Gibran ke depan.
Lihat saja Cak Imin. Tak perlu lama, sesaat sepulangnya dari Loji Gandrung, Cak Imin menyatakan bahwa siap mendukung Gibran di Pilgub DKI 2024 mendatang.
Kan hanya Pilgub DKI, bukan Presiden? Ah, tak usah berpura-pura, bicara tentang DKI, bicara juga tentang RI 1, bagaimana nego dan bagaimana skenarionya, akan bertemu jua di satu titik.