Ah, Partai Demokrat memang cerdik, pandai melempar isu. Setelah isu upaya kudeta meredup gara-gara filosofi kopi Moeldoko dan akhirnya menyisakan kegaduhan internal, kali ini, nama Jokowi dan Gibran Rakabuming dibawa-bawa menyusul pembatalan revisi UU Pemilu.
Demokrat menganggap ada rencana politik dari Jokowi untuk menyiapkan Gibran menuju 2024 nanti. Logika yang dipakai Demokrat mungkin begini; Gibran baru jadi Walikota Solo 2021, tidak mungkin baru setahun langsung ke DKI oleh karena itu mesti diulur-ulur hingga 2024 dulu.
PDIP lalu meradang, menganggap kecurigaan terlalu berlebihan, hanya menampakkan pragmatisme kekuasaan jangka pendek. Di beberapa media terlihat PDIP masih sibuk berdebat soal ini dengan Andi Arief.
Bagaimana melihat situasi politik seperti ini? Saya sendiri lebih tertarik melihat kehadiran Gibran, yang hari demi hari kian hangat meramaikan situasi politik nasional.
Meskipun masih meragukan kecurigaan Demokrat bahwa ada desain di belakang pembatalan revisi UU, namun saya yakin bahwa Gibran memang dapa menjadi kuda hitam di masa depan.
BACA JUGA:
Kemarin, saat dimintai pendapatnya soal kecurigaan Demokrata ini, Gibran hanya menjawab pendek.
"Di Solo belum dilantik kok sudah mikir Jakarta," kata Gibran melalui pesan singkat, Kamis (11/2), dikutip dari CNNIndonesia.
Jawaban Gibran ini, memang khas dirinya. Hingga saat ini, Gibran memang nampak cuek, menjawab sekenanya, tapi lambat laun, sebentar lagi sudah akan dilantik menjadi Walikota Solo.