Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Dicari, Juru Bicara untuk Moeldoko

Diperbarui: 6 Februari 2021   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko sebelum pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Presiden RI Joko Widodo mengumumkan dan melantik Menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju serta pejabat setingkat menteri.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Di kantor dahulu, meski tak resmi, beberapa rekan kantor termasuk saya  akhirnya memilih rekan Hasan menjadi juru bicara atau jubir kami, sarikat staf menengah. Peristiwa berulang yang terjadi di ruang rapat kantor menjadi alasannya.

Dulu sebelum Hasan, ada Valen dan ada juga Rizal. Keduanya rontok alias gagal menjadi jubir yang baik.

Dimulai dari Valen. Di hari pertamanya menjadi jubir, ada rapat pembahasan tentang kebersihan di kantor, hanya gegara ada puntung rokok yang ditemukan oleh pak bos di selasar kantor.

Pak bos lalu mengadakan rapat agar ada kesepakatan bahwa yang merokok dapat merokok di tempat khusus dan puntungnya dibuang pada tempatnya. Sebenarnya bukan rapat dengar pendapat, karena pada akhirnya bos juga memberikan solusi. Jadi bukan rapat untuk berdiskusi, tapi instruksi, perintah.

Nah, tiba-tiba Valen minta bicara. Beberapa dari kami mulai saling lirik, meski saya sendiri merasa bahwa Valen sedang ingin menjalankan tugas atau kepercayaan dari kami. Juru bicara.

"Terima kasih untuk waktu yang diberikan. Indonesia memang sedang darurat kebersihan. Perhatikan saja bencana terjadi dimana-mana karena sampah yang bertumpuk. Gubernur saja bisa diganti, termasuk bapak, jika tidak bisa mengurus ini dengan baik, maka bisa diganti. Karena itu, saya setuju dengan arahan bapak" kata Valen, berusaha singkat, padat dan jelas.

Sesudah rapat usai, wajah bos berubah, lalu berhembus kabar, bos mengintervensi agar Valen dikudeta dari jabatan jubir. Valen terlalu politis, bisa berbahaya, menyita waktu dan pikiran.

Kami sih oke-oke saja, kami lalu bersepakat dengan Valen, periode tugasnya sudah usai. Valen juga setuju, bagi Valen, frasa Indonesia darurat kebersihan itu adalah salah satu pesan terbaik dalam tugasnya. Baiklah.

Sesudah Valen, muncul Rizal. Riz begitu kami memanggilnya, dipilih karena lebih santai dan kocak, tidak serius seperti Valen. Sayang, nasib Riz juga tak beda dengan Valen, dipecat langsung di meja rapat.

Suatu saat ada rapat soal rotasi staf, biasa untuk penyegaran. Pak Bos lalu menjelaskan bahwa selain untuk penyegaran, ini juga untuk membuat kantor lebih produktif. Sesudah penjelasan Pak bos yang demokratis itu, dimintalah pendapat dari para staf.

Riz langsung unjuk jari lalu langsung bicara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline