Ada salah satu pernyataan menarik dari pengamat politik, Hanta Yuda ketika mengomentari tentang drama yang terjadi setelah Ketum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menuding ada pihak internal dan eksternal yang berupaya melakukan kudeta kepada Demokrat.
Dalam pernyataan yang disampaikan Hanta Yuda dalam dialog di salah satu televisi swasta tadi malam ini, Hanta menyebut bahwa ada taktik judo yang digunakan SBY dalam konfrensi pers tentang intervensi eksternal oleh AHY.
"Menggunakan kekuatan lawan untuk membanting lawan. Ini bukan membanting tetapi bertahan menggunakan kekuatan lawan. Bolanya diserahkan ke Jokowi" kata Hanta.
Perlu dipahami bahwa konteks bacaan dari Hanta Yuda yang melahirkan pernyataan ini adalah apabila memang benar tudingan dari Demokrat bahwa ada elemen kekuasaan yang mengintervensi atau menggangu partai.
Menurut Hanta, konteks ini memang masih perlu diklarifikasi oleh kedua belah pihak sehingga tidak menjadi fitnah.
Baik, mari kita masuk lebih dalam tentang taktik judo yang nampaknya menurut Hanta didesain oleh SBY, dan lalu diaplikasikan oleh AHY.
Secara teori dari beberapa referensi, memang ada beberapa jenis bantingan di olaharga judo, teknik bantingan judo (nage waza) tersebut dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza).
Entah teknik apa yang digunakan, tapi dalam perkataannya disebut bahwa Demokrat sedang menggunakan kekuatan lawan untuk membanting lawan.
Mungkin maksudnya demikian; kekuasaan "dipaksa" untuk bergerak, lalu ketika tak terkontrol, lalu dibanting. Meski, Hanta menyebutnya gerakan ini lebih defensif atau tidak agresif, dalam konteks tudingan Demokrat.
Lalu apakah akan berhasil? Ini memang tidak mudah menjawabnya, ada beberapa variabel yang dapat memastikan bahwa seorang pejudo dapat membanting lawan dengan baik.
Ada kekuatan cengkraman tangan, kuda-kuda kaki yang kokoh, teknik dan tentu saja stamina. Jika mengandalkan teknik saja, tanpa faktor lain, maka akan terlihat sia-sia saja.