Menteri Sosial, Tri Rismaharini atau biasa disebut Risma, tak terasa sudah sebulan menjabat. Presiden Jokowi secara resmi mengangkatnya pada 23 Desember 2020.
Apa yang terjadi pada Risma selama sebulan ini? Banyak yang terjadi dan terlihat apa yang dilakukan Risma terus menerus menjadi sorotan baik dari kawan maupun lawan.
Mulai dari blusukannya ke beberapa tempat, berbincang dengan tunawisma lalu mempekerjakan para tunawisma di Ibu Kota mengundang berbagai komentar. Kawan politik menganggap itu sebagai hal yang positif namun tak sedikit yang menanggap dengan mengatakan bahwa hal itu hanyalah pencitraan semata.
Bahkan, ketika Risma harus ke beberapa daerah bencana seperti di Sulbar dan Jatim, juga terus mengundang tanggapan negatif. Berturut-turut, politisi antara lain Fadly Zon, Roy Suryo, dan Hidayat Nur Wahid seperti bergantian memberikan kritik.
Risma sekali lagi dianggap hanya melakukan pencitraan demi mendapat simpati publik atau demi kepentingan politik.
Tak dapat dipungkiri bahwa apa yang dialami Risma dengan nada tak merdu untuknya itu adalah hal yang wajar di politik. Politik itu keras, dan bisa saling menjatuhkan.
Apalagi jika dihubungkan dengan prediksi politik bahwa Risma dipersiapkan oleh PDI-P untuk Pilgub DKI 2022 atau bahkan Pilpres 2024.
Artinya, Risma bisa saja memang melakukan pencitraan di setiap tindakannya, meski tidak semua tindakannya adalah pencitraan.
Jika kita simak, maka memang ada dua hal yang perlu dilakukan Risma untuk tujuan politik ke depan itu.
Pertama, Risma memang sangat perlu memanfaatkan perkembangan era digital untuk meningkatkan popularitas, elektabilitas atau bahkan citranya untuk bertarung di panggung politik nasional.