Nama Tamrin Tomagola kembali menjadi populer. Nama Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia (UI) ini menjadi rujukan dari Komika, Pandji Pragiwaksono ketika membandingkan antara FPI, NU dan Muhammadiyah dan menjadi viral.
Publik lalu menunggu respon Tamrin Tomagola terhadap keriuhan di medsos, berkaitan dengan pendapatnya yang digunakan Pandji untuk menilai NU dan Muhammadiyah sebagai organisasi yang jauh dari kalangan bawaha dan nampak elite daripada FPI.
Tamrin nampak masih berhati-hati untuk mengomentari polemik ini. Terakhir, Tamrin mengatakan bahwa klarifikasinya sudah dititipkannya kepada Gus Sahal, Pengurus Cabang NU di Amerika.
"Klarifikasi sudah saya berikan ke Bung @Sahal_AS. Terserah Bung @Sahal_AS mau berbagi di Twitter atau tidak," tulisnya melalui akun @tamrintomagola.
Tamrin memilih untuk tidak bicara langsung karena tak mau terjebak ke dalam conflict of interest.
"Saya cenderung menghindari perdebatan tentang FPI di Medsos karena ada 'conflict of interest',"
"Bersikap 100% obyektif, bebas-nilai, itu satu perjuangan sendiri," terang Tamrin Tomagola.
Tamrin memang harus berhati-hati. Sebagai sosiolog, Tamrin mau tak mau harus mengeluarkan pernyataan yang mungkin tak disukai semua pihak. Pengalaman Tamrin membuktikan hal itu.
Pada medio 2013, dalam salah satu acara dialog secara langsung di salah satu staisiun televisi, Tamrin pernah diperlakukan tak sopan oleh Jubir FPI, Munarman.
Saat itu, Tamrin diminta menjadi narasumber untuk membicarakan tentang sweeping di tempat hiburan selama bulan Ramadhan yang dilakukan oleh FPI.
Di tengah dialog, Munarman menjadi emosi karena selain berbeda pendapat dengannya, Tamrin juga dianggap Munarman memotong pembicarannya.