Lelaki tua itu tak segan untuk meminta Presiden Jokowi untuk mencengkau lengan kiri baju yang berwarna putih itu. Terus duduk, Jokowi taat padanya. Tangan lelaki itu nampak mulai gemetaran. Bahkan, jarum suntik berisi vaksin yang disodor perawat laki pendampingnya sempat dihiraunya.
Pria yang sudah beruban ini nampak masih mempersiapkan diri, mungkin masih menarik napas panjang sambil menyeka bagian lengan Jokowi dengan kapas yang diberi alkohol.
Tak lama kemudian, tangan yang masih meretek itu mulai memegang jarum suntik dan vaksin lalu mulai masuk ke tubuh seiring plunger top yang ditekan dengan jempolnya ke bawah.
"Bagaimana pak?" tanya lelaki tua itu pelan. sesaat sesudah jarum suntik dicabut, dan bagian yang disuntik telah dibersihkan lagi dengan kapas.
"Saya seperti tak merasakan apa-apa" jawab Jokowi sambil tersenyum..
"Trimakasih prof" kata Jokowi lagi, lalu beranjak pergi dari tempat vaksin.
Lelaki itu lalu berdiri tegap, dua tangan yang tadi gemetaran lalu membentuk salam namaste kepada presiden sambil kepalanya sedikit menunduk. Terlihat kedua tangannya sudah tak gemetar lagi sembari dia melepas napas panjang, tanda lega.
Misi mahaberat yang mesti dilakukan lelaki tua itu telah selesai. Tugas yang membawa bangsa ini menuju sebuah era baru di masa pandemi ini, yaitu vaksinasi. Tak tanggung-tanggung, era vaksinasi yang mulai dimulai ini "meminta" Jokowi agar menjadi orang pertama yang divaksin, dan lelaki tua itu yang menjadi tukang suntiknya.
***
Nama lelaki tua itu Prof Abdul Muthalib, SpPD-KHOM. Anak bangsa yang lahir di Jakarta pada 3 Januari 1945. Prof Muthalib adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi media.
Jika anda bertanya mengapa Prof Muthalib yang terpilih menjadi penyuntik vaksin untuk Jokowi, maka saya hanya dapat memberikan satu jawaban bahwa Prof Muthalib adalah Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan. Hanya itu.