"Saya hanya bagian kecil, masih banyak yang lebih baik, namun harus diingat bahwa segala sesuatu dimulai dari hal yang kecil. Selama dilakukan dengan hati yang tulus dan dikerjakan bersama-sama, Indonesia pasti akan lebih baik," Veronika Tan
Judul tulisan sama sekali bukan untuk meragukan kapasitas Veronika Tan, tetapi mencoba menjelaskan kepada sebagian khalayak yang mungkin belum tahu sepak terjang mantan istri Ahok ini sehingga akhirnya dianggap sebagai tokoh inspiratif oleh sebuah majalah ternama.
Pada 16 Juni kemarin, wanita yang akrab disapa Vero ini masuk dalam daftar 20 tokoh berpengaruh versi Harper's Bazaar Indonesia. Vero bergabung bersama dengan tokoh-tokoh inspiratif lainnya seperti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Yenny Wahid, Najwa Shihab dan aktor, Nicholas Saputra.
Apa yang membuat Vero dianggap pantas masuk daftar ini oleh Harper's Bazaar Indonesia?
Bagi yang berhenti mengikuti aktivitas Vero terutama setelah menyandang status sebagai seorang janda sesudah bercerai dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mungkin belum tahu persis bahwa Vero memang sangat aktif di berbagai kegiatan sosial kemanusiaan.
Saat ini misalnya, Vero menjadi Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Di dalam aktifitas berkaitan dengan kesehatan ini, alumnus arsitektur Universitas Pelita Harapan, Jakarta ini juga terlibat dalam perintisan sebuah aplikasi penyedia jasa perawat medis.
Vero berharap , ada pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas dengan perawatan yang intensif di rumah pasien melalui terobosan berbasis digital.
Selain di bidang kesehatan, ibu dari tiga orang anak yakni Nicholas Sean Purnama, Nathania Purnama dan Daud Albeenner Purnama ini juga terpanggil untuk membantu, dan melayani sesama melalui kegiatan pemberdayaan perempuan.
Contohnya, di akun instagramnya Vero menceritakan tentang keterlibatan aktif dirinya dengan kegiatan melatih para ibu-ibu di rumah susun utuk membatik melalui platform bernama Jakarta Creative.
Vero berharap agar, hasil atau produk dari kegiatan ini dapat dijual sebagai souvenir khas Jakarta, dan sebagian profitnya dikembalikan untuk kegiatan pemberdayaan di Jakarta Creative.