Minggu sore waktu Inggris . Kerumunan orang yang melakukan aksi Black Lives Matter yakni aksi memprotes tindakan rasial terhadap Geoge Floyd di Bristol, Inggris semakin histeris sesudah melihat tali sudah terpasang pada sebuah patung berbentuk manusia setinggi 5,5 meter dan berwarna hitam keperakan.
Tak lama kemudian, massa menarik tali tersebut sehingga patung tersebut roboh tapi belum hancur. Patung tersebut kemudian ditarik, digulingkan hingga pada akhirnya dibuang ke dalam sungai.
Patung apakah itu? Warga Bristol tentu sangat mengenalnya, itu adalah patung seseorang yang bernama Edward Colston, bahkan diketahui juga, patung itu sudah berdiri sejak lama di Colston Avenue, Bristol yaitu sejak 1895.
Tentu saja karena ditempatkan di tempat terhormat, maka tokoh yang menjadi inspirasi dari pembuatan patung tersebut tentunya adalah tokoh besar yang patut dihormati. Benar sekali, Colston adalah tokoh terhormat, minimal sebelum aksi perobohan dan dilarung ke sungai ini dilakukan.
Edward Colston selama hidupnya dikenal sebagai seorang filantropi. Dari harta yang dipunyainya, Colston yang meninggal di Surrey tahun 1721 dan dimakamkan di Gereja All Saints di Bristol itu beramal dengan membuat sekolah dan rumah sakit di Bristol dan juga London.
Karena itulah, sebagai penghormatan, dibuatlah patung Colston di tempat yang bahkan dinamakan dengan Colston Avenue di Bristol.
Lalu apa yang menjadi masalahnya? Sumber harta yang dipunyai Colston. Dia memang terlahir dari keluarga pedagang Bristol yang kaya dan akhirnya bergabung dengan perusahaan tekstil, wol dan anggur yang terkenal bernama Mercers Company pada 1673, di mana dia berdagang tekstil, wol, dan anggur.
Hanya, naasnya Colston juga mengeruk uang dari Royal African Company dimana Colston dan ayahnya William yang memiliki saham, ikut menjadi bagian dari perusahaan monopoli perdagangan budak di Inggris yang saat itu berbasis di London.
Diceritakan bahwa dalam bisnis perbudakan tersebut, Colston juga memboyong sekitar 80.000 pria, wanita, dan anak-anak dari Afrika ke Amerika.
Bahkan, pada tahun 1689, perusahaan ini telah mengangkut sekitar 100.000 orang Afrika sebagai budak ke Amerika, di mana orang-orang kulit hitam ini dicap inisial perusahaan RAC di dada mereka. Mengerikan.
Kabarnya di era modern, sudah banyak aktivis yang mempermasalahkan latar belakang Colston dan mengkritik tetap berdirinya patung tersebut. Hanya, Colston juga memiliki pendukung, lagian fasilitas yang didirikannya juga sudah banyak membantu.