Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Pedagang Pisang dan Hoaks Sebelum Paskah

Diperbarui: 12 April 2020   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi Pedagang Pisang I gambar : TribunTimur

Hari Rabu kemarin saya ke pasar.  Pasar Inpres namanya, sepertinya pasar Inpres ini adalah pasar tradisional terbesar di Kupang. Saya pergi kesana sekitar jam 8 pagi pake sepeda motor. Sekitar 7 menit dari rumah, biasanya 10 menit, tapi karena Covid-19 jalanan Kupang juga sepi, lengang.

Sedihnya, di rabu itu, bukan saja jalanan, pasar juga sepi. Ya, sepi bukan seperti di kuburan lah, tapi tidak seramai biasanya. Indikasinya adalah jalan masuk ke dalam pasar yang ukuran semobil seperempat itu akan padat merayap di jam begitu. Namun kali ini sepi.

Jika ramai, sepeda motor saya biasanya harus berhenti beberapa kali untuk menghindar kaca spion motor menyenggol bokong besar mama-mama. Jika itu terjadi, maka namanya musibah. Saya lebih memilih tidak berada di situasi tersebut daripada jika menyenggol preman pasar.

Kalau dengan preman pasar tinggal bilang " jang marah kaka"...maka aman, lagian mereka butuh tambahan uang parkir, jika dengan mama-mama, maka umpatan "Bab*.." bisa keluar dengan probabilitas 60 persen, belum lagi jika mama itu  ada masalah di rumah, maka itu keranjang di tangannya bisa langsung menempel di helm penyenggol, pelampiasan baginya dan sial bagi yang kena.

Selain jalanan yang lapang itu, salah satu indikasi lain adalah pedagang pisang, tempat favorit saya juga sepi. Di lapak pisang kurang lebih sepanjang 10 meter itu, biasanya paling tidak akan ada 6 atau 7 pembeli yang sedang menawar sekaligus membeli pisang.

Tapi kali ini hanya saya sendirian. Ini situasi paling sulit, mungkin dalam hidup. Ada sekitar 5 atau 6 pelapak disitu. Mau beli dimana? Kurang enak hati. Semua wajah mengiba pada saya. Akhirnya saya memilih ke pedagang pisang seorang ibu yang berumur sekitar 50-an yang  sedang melamun.

"Mama...pisang kapok satu berapa?..."

"5000..."

"Pung murah lai" kata saya. Biasanya sih 10 ribu, jika ditawar palingan 7 ribu, itu pun dengan wajah muram pedagang , orang Kupang bilang "muka asam".

"Sepi nah kaka...."

Pisang kapok atau kapuk Kupang untuk membuat pisang goreng ini, menurut saya mungkin terenak di dunia, manis dan gurih kalau digoreng. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline