Bagaimana posisi negara ketika bereaksi terhadap penyebaran virus corona di tanah air? Apakah ada upaya lain dan lebih baik yang dapat dilakukan untuk mencegah pandemi ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas terus diberikan oleh masyarakat ketika hari demi hari jumlah terpapar virus corona dan jumlah kematian di Indonesia terus bertambah.
Untuk menjawab ini, pemerintah perlu melakukan diskusi aktif dengan berbagai pihak terutama dengan pihak yang berkompeten melihat ini dari sisi kesehatan, salah satunya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
Kemarin atas permintaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), draf berjudul 'COVID-19 Modelling Scenarios, Indonesia' telah disusun oleh tim FKM dan diserahkan kepada Bappenas.
Apa poin penting dari draf rekomendasi ini? Poinnya adalah meminta pemerintah melakukan tindakan aktif jika tidak mau prediksi bahwa 2,5 juta orang Indonesia terjangkit COVID-19 tidak akan terjadi.
Prediksi angka 2,5 Juta positif corona orang ini diambil setelah tim FKM UI meneliti dengan menggunakan indikator jumlah penduduk, jenis wilayah dan status kesehatan (berkaitan dengan pneumonia) dan juga pola hidup sehat (mencuci tangan sehat).
Dari sini, diprediksi kurang lebih 2,5 juta orang akan positif jika tanpa intervensi, 1,75 juta orang akan positif dengan intervensi rendah, 1,25 juta orang akan positif dalam intervensi moderat dan 500 ribu berpotensi positif dengan intervensi tinggi.
Untuk mencegah hal ini terjadi, pemerintah perlu melakukan intervensi-intervensi yang dianggap perlu.
Oleh Tim FKMUI, jenis-jenis intervensi yang yang dimaksud dibagi dalam empat bagian yang menunjukan level atau tingkatan.
Pertama, tanpa intervensi, kedua, intervensi rendah yang berarti jaga jarak sosial secara sukarela, membatasi kerumunan massa.