Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Menyoal Anies yang Dituding Berdusta oleh Ketua DPRD DKI

Diperbarui: 28 Februari 2020   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan I Gambar : capture KompasTV

Anies mengatakan tidak mencari untung dari revitalisasi, namun para seniman masih kuatir ada kedok komersialisasi di balik revitalisai.  Bagi para seniman, komersialisasi memang seperti racun yang akan membatasi bahkan membunuh kreativitas.

"Kalau dibilang nggak ada keuntungan di situ bohong lah, Pak. Wong (bertaraf) internasional pasti ada keuntungan mengundang orang," tutur Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi.

Prasetio nampak tidak tahan merespon penjelasan Anies yang berulangkali mengatakan bahwa niat revitalisasi dari Pemprov DKI bukanlah untuk tujuan komersialisasi.

Padahal dari gambaran revitalisasi yang dijelaskan Anies, ruang untuk komersialisasi itu terbuka dengan lebar. Prasetio menyebut Anies seperti berbohong, berdusta.

Jika kita simak penjelasan Anies yang disampaikan saat rapat dengar pendapat antara Gubernur DKI Jakarta dengan Komisi X DPR RI soal revitalisasi TIM Kamis kemarin maka soal komersialisasi TIM ini memang menjadi salah satu yang dipersoalkan oleh DPR.

Isu ini memang sedang panas. Seperti diketahui, rapat dengar pendapat ini dilakukan sebagai respons terhadap protes dari Forum Seniman Peduli TIM, salah satunya adalah dugaan bahwa ada kedok komersialisasi oleh Pemprov di balik proyek revitalisasi TIM ini.

Isu ini membuat para seniman Ibukota resah. Seiring dengan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, yang bagian-bagiannya telah dirobohkan satu persatu yang  dimulai sejak tahun 2019 dan terus berlanjut hingga Februari 2020 maka  protes dari seniman terus mengalir dengan deras.

Kekecewaan dan kekuatiran  terbesar dari para seniman adalah adanya rencana pembangunan hotel mewah di lokasi ini , meskipun dalam penjelasan kemarin Anies menyebutnya tidak ada pembangunan hotel bintang lima akan tetapi Wisma untuk Seniman.

Para seniman menganggap hotel, wisma atau apapun namanya dianggap akan membuat TIM jadi komersial. Bagi para seniman, komersialisasi seperti racun yang membunuh kreativitas. Seniman dapat terancam untuk berkespresi karena semuanya dapat dibatasi karena komersialisasi.

Bisa saja akses akan terbatas untuk mementaskan kesenian di TIM dan selain itu dikuatirkan hanya karya-karya yang laku di pasaran yang akan dipentaskan, bukanlah karya-karya yang bagus atau dihasilkan oleh seniman nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline