Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Makna Megawati Ajak Prabowo Tempur di 2024

Diperbarui: 8 Agustus 2019   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megawati dan Prabowo Bertemu di Bali | Gambar: Kompas.com

"Jadi kan Pak Prabowo waktu ketemu saya kan heboh ya media, padahal saya cuma tanya gini, 'Mas, nanti mau nggak saya undang ke Kongres PDIP? Kalau nggak mau ya ngaak apa-apa.' Eh, ternyata beliau mau," ucap Megawati.

"Iya loh, kan capek ya kalau disuruh namanya tempur terus, ya sudahlah. Nanti tempur lagi di 2024. Siap?" sebut Megawati.

Saat memberi pidato pembukaan Kongres V PDIP di Bali hari ini, Ketum PDIP Megawati menyapa Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang turut hadir. Kehadiran Prabowo menyejukan dan cukup mengejutkan.

Menyejukan karena ini berarti rekonsiliasi berjalan dengan sempurna, sedangkan mengejutkan karena dari pihak "lawan" di Pemilu lalu, hanya Prabowo yang diundang. Menarik kan?

Hal lain yang juga tak kalah menarik adalah penantian banyak orang  yang ingin melihat gestur Megawati terhadap Prabowo saat berpidato, langsung terjawab.

Bukan sekedar menyapa, tetapi tetapi juga berkelar. Kelakar politik itu seringkali amat bermakna, apalagi di arena Kongres partai pemenang pemilu.

Jika kita amati, maka hal yang paling menarik dari kelakar Megawati adalah ajakan agar Prabowo tempur di 2024. Berbagai pertanyaan tentu bermunculan. Jika bertempur itu diartikan sebagai mencalonkan diri lagi pada Pilpres 2024, maka pertanyaannya adalah apakah bertempur bersama atau bertempur sendiri-sendiri seperti kemarin, saling bertarung.

Jika kita mendegar, ada kalimat yang mendahului "capek ya kalau disuruh namanya tempur terus" dari Megawati, maka patut diduga bahwa Mega mengajak Prabowo untuk bertarung bersama, tidak saling berhadap-hadapan tetapi bergandengan tangan.

Ini kemungkinan besar terjadi, sebagai penegasan dari gesture politik yang sudah mendahuluinya. Prabowo dan Jokowi bertemu di MRT, lalu Prabowo dan Megawati, masak dan makan bersama. Prabowo sudah diterima oleh keluarga besar PDIP. Kira-kira bisa begitu.

Akan tetapi, salah satu hal yang harus dicermati adalah pola pergerakan politik nasional sehabis Pemilu memang sukar untuk ditebak. Coba kita perhatikan. Sebelum Pemilu benar-benar selesai, sebenarnya Demokrat bersama figur AHY dan bahkan PAN dengan manuver Ketua Umum, Zulhas adalah yang paling diperhitungkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline