Politik itu cair, tak ada lawan dan kawan abadi di dalam politik. Adagium ini terasa tepat untuk menggambarkan situasi politik di tanah air, dalam berbagai kesempatan dan situasi. Menjadi biasa jika melihat adanya politisi yang dapat berpindah haluan, demikian juga partai yang dapat berpindah koalisi.
Di tengah penantian akan sidang putusan Mahkamah Konstitusi yang sedang masuk dalam agenda gelar rapat permusyawaratan hakim (RPH) yang dimulai hari ini, isu tentang Gerindra yang akan bergabung dengan Jokowi bergulir semakin panas dan cenderung liar.
Isu ini terus digarap oleh politisi muda PAN, Faldo Maldini dalam Vlognya yang diunggah di YouTUbe Channel. Pertama, Faldo mengunggah video "Prabowo Tidak Mungkin Menang di MK' dan yang teranyar Faldo membuat video bertajuk " Prabowo (Mungkin) Gabung Jokowi".
Untuk video kedua, meskipun terkesan mencari sensasi, namun poin-poin yang diungkapkan Faldo sepertinya memang lahir dari kondisi internal koalisi Adil Makmur yang tentu dicermati oleh seorang Faldo.
"So, mungkin nggak yang 12 persen (Gerindra) gabung sama Jokowi? Gue nggak bilang sih, kalau Gerindra gabung ke Jokowi itu buruk. Itu realistis,. Itu pilihan bagi parpol, berada dalam lingkaran kekuasaan tentu lebih baik" kata Faldo, dalam videonya tersebut.
Itulah realita politik yang harus dimaknai. Oposisi memang sebuah pilihan elegan dalam politik namun menjadi bagian dari koalisi kekuasaan adalah sesuatu yang nikmat yang tak mungkin didustakan.
Selanjutnya, Wasekjen PAN ini bahkan (dengan nada berkelakar) menyebut pilihan-pilihan posisi yang bisa didapatkan oleh Prabowo jika bergabung dengan Jokowi. Prabowo disebut Faldo mungkin akan menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) atau menjadi penasihat Presiden.
Baiknya, ketika Faldo menyebutkan bahwa hal lumrah dalam konteks politik, Faldo juga menyampaikan pesan bahwa jikalau hal itu untuk mempertahankan nilai-nilai untuk kebaikan bangsa, maka tidak ada yang salah sama sekali dari keputusan tersebut.
Faldo hanya mencari sensasi, tetapi bagaimana jikalau suara ini datang dari internal partai? Pagi ini seperti dilansir dari detik.com, Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mujahid mengatakan bahwa ada kemungkinan bergabung dengan kabinet Jokowi, jika dasarnya adalah demi kepentingan bangsa.
"Hanya atas dasar kepentingan bangsa dan negara Gerindra melakukan rekonsiliasi lalu bergabung ata tidak bergabung" kata Sodik, Minggu (24/6/2019).