Kumis tebal yang menghiasi wajah pria berusia 43 tahun itu membuat dia tampak cukup sangar. Ucapannya terkadang bernada tegas, tetapi sesekali dia terdiam ketika diinterogasi polisi.
Nama pria itu adalah Hori bin Suwari, dia baru saja ditangkap karena membacok seorang pria bernama Muhammad Toha. Pembacokan salah sasaran yang membuat dirinya juga diketahui telah menggadaikan sang istri, Lasmi kepada Hartono dengan mahar senilai 250 juta.
Lumajang heboh, ibu kota sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur tersebut menjadi populer karena kisah yang melibatkan tiga tokoh utama, Hori, Lasmi, dan Hartono.
Pada awalnya kisah ini bermula saat Hori ingin kehidupannya lebih baik. Ia ingin berusaha, kesehariannya sebagai pekerja serabutan membuat dia ingin membanting setir menjadi seorang pengusaha. Tetapi Hori membutuhkan modal, cukup besar 250 juta.
Di desa Sombo, ada seorang bernama Hartono yang mau meminjamkan uang pada Hori. Tetapi tentu harus ada jaminan. Setan apa yang ada di kepala kedua pria sebaya ini, ketika bertemu mereka bersepakat bahwa yang menjadi jaminan pinjam uang ini adalah Lasmi, yang adalah istri Hori. Lasmi tak dapat berbuat banyak, tugas sebagai istri berpindah untuk sementara dari Hori kepada Hartono.
Hampir setahun berlalu, kehidupan Hori tak berubah. Usahanya tak berkembang, bahkan uang seperempat miliar tersebut, lebih banyak dipakainya untuk berjudi. Nampak gusar, Hori teringat dan rindu kepada istrinya, Lasmi.
Suatu hari, Hori pergi menemui Hartono, untuk meminta agar istrinya dapat dikembalikan. Hartono tak mau begitu saja, karena perjanjiannya adalah uang 250 juta harus dikembalikan utuh.
Hori berpikir keras, lalu kembali menawarkan untuk Hartono mau menerima sebidang tanah demi Lasmi dikembalikan. Hartono tak mau, Hartono ingin uang kontan, bukan berupa tanah. Hori tak bisa berbuat apa-apa, pulang dengan geram.
Malam 11 Juni, setan di kepala Hori berhasil menghasut Hori bahwa satu-satunya jalan agar utang lunas, dan Lasmi kembali adalah dengan membunuh Hartono. Sebilah parang, dimasukan Hori dibalik bajunya, Hori pergi ke Desa Sombo.
Gelap mata, di tengah perjalanan, Hori bertemu dengan Mohammad Toha. Pria tak tahu apa-apa yang sialnya, sekilas dilihat Hori mirip dengan Hartono. Hori terlihat kesetanan membabat Toha.