"Kepada yang sukses, kami ucapkan selamat, dengan berkontribusi menjadi wakil yang amanah. Yang belum berhasil, tetap semangat, jatuh-bangun, up and down, menang-kalah adalah hal yang wajar," ucap AHY di kediaman SBY, Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Senin (27/5/2019).
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali berkomentar tentang Pemilu 2019, . Dari kediaman SBY di Jakarta Selatan, AHY kembali mengatakan bahwa dirinya mengucapkan selamat kepada pemenang (Pemilu 2019). AHY juga menghimbau agar yang belum beruntung dan harus tetap semangat.
Orang awam pun tahu bahwa pemenang yang dimaksudkan AHY adalah Jokowi dan Prabowo berada di posisi sebaliknya, yang kalah.
Sudah lebih dari sekali AHY memberikan dukungan pada Jokowi. Pertama ketika AHY "memberanikan diri" ke Istana memenuhi undangan Jokowi. Sekutu AHY, Badan Pemenangan Nasional (BPN) berkomentar sinis. BPN merasa tidak diberitahu akan pertemuan tersebut, padahal AHY adalah ring 1 di BPN, sebagai Ketua Kogasma, barisan pemenangan pemilu kepunyaan Demokrat.
Kedua, saat mengikuti silahturahmi Bogor. AHY berkumpul bersama para pemimpin daerah muda seperti Bima Arya dan Ganjar Pranowo. BPN meradang. Juru bicara BPN, Andre Rosiade, bahkan menilai apa yang dilakukan AHY tidak beretika. Mengapa AHY harus berkumpul dengan orang-orang yang meskipun adalah pemimpin daerah namun jelas pendukung atau memihak Jokowi? Begitu kira-kira yang dikatakan Rosiade.
Hari ini dengan pernyataan AHY ini, sekali lagi BPN tersakiti, amat tersakiti. Ketika koalisi 02 berupaya tetap solid sehingga dapat bertarung di Mahkamah Konstitusi (MK), satu persatu pendukung koaliasi temasuk AHY memilih sibuk dengan urusannya sendiri. Seperti tidak peduli.
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh AHY? AHY mengerti benar sebuah idiom lawas "siapa cepat dia dapat". AHY berusaha untuk memberikan tanda, bahwa dirinya bersama Demokrat sudah memlilih jalan lain, tidak lagi di 02, namun mulai merapat ke kubu 01, calon kuat pemenang Pilpres.
Sudah berulangkali juga pihak Demokrat mengatakan akan mengevaluasi kongsi mereka dengan BPN sesudah 22 Mei. Artinya, AHY memang sekarang sedang bergerilya, untuk melihat peluang demi peluang bergabung dengan kekuasaan sesudah 22 Mei.
Dari berbagai pertemuan strategis yang telah dilakukan, maka amatlah mungkin AHY akan mendapat satu tempat di kabinet Indonesia kerja jilid dua.
Semua syarat untuk bergabung dengan koalisi Jokowi secara perlahan dapat ditunjukkan oleh AHY, salah satunya adalah menciptakan narasi-narasi yang menekankan bahwa AHY bersama partainya akan terus merawat NKRI.
"PD hadir dan terus berjuang demi merawat NKRI, mengutamakan keadilan, dan mengutamakan rakyat di mana pun berasal dan apa pun identitasnya," kata AHY.