Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Soal Usulan Bongkar Makam, BPN Kurang Waras?

Diperbarui: 3 Mei 2019   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Petugas PPS Meninggal I Gambar : Kompas

"Kami mengusulkan kemarin kalau dipandang perlu maka seluruh jenazah yang meninggal misterius karena kami tidak mendengar secara detail penyebabnya apa secara medis, maka jika perlu semua jenazah itu dibongkar untuk dilakukan autopsi. Supaya tidak ada kecurigaan di antara masyarakat," kata anggota BPN, Mustofa Nahrawardaya di Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/2019).

Usulan "gila" bongkar makam untuk dilakukan autopsi ini menurut Mustofa ada tujuannya. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa kematian para "pahlawan pemilu" itu karena ketidakwajaran. BPN mencurigai  ada sesuatu.

"Karena ini rekor terbesar yang dialami, Pak polisi, petugas KPPS, maupun para saksi, maupun petugas pemilu lainnya ini menjadi keprihatinan kita semua. Jadi kematian hilangnya nyawa jangan dipakai guyonan, menawarkan uang jumlah berapa pun tidak etis," tambah Mustofa.

Entah didisain atau tidak di tempat yang berbeda, hari ini Fadli Zon juga menyuarakan hal yang sama.

"Saya kira Itu (banyak petugas KPPS meninggal) juga salah satu hal yang sangat aneh. Kenapa kok banyak petugas yang meninggal di dalam proses ini? Apa betul karena kelelahan? Atau ada faktor-faktor lain? Atau ada tekanan? Atau ada yang lain? Ya karena ini berseliweran juga informasi di masyarakat," ujar Fadli di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (3/5/3019).

Bingung juga memikirkan informasi apa yang beredar di masyarakat yang dikatakan oleh Fadli, dan kecurigaan tentang apa yang dimaksud. Saya bahkan tidak sampai hati memikirkan hal yang tidak-tidak.

Untuk memberikan kejelasan, Saya  harus "membongkar" beberapa berita menyedihkan tentang kematian para petugas KPPS tersebut.

Salah satunya Badrul Munir adalah petugas KPPS TPS 19 RT 04/RW 03 Kedung Baruk. Munir meninggal karena kelelahan, sempat dilarikan untuk mendapat tindakan medis, Munir tidak bisa diselamatkan. Dikisahkan sang istri, Munir memang  menghabiskan waktunya sekitar 20 jam untuk memantau hasil penghitungan suara. Almarhum meninggalkan istri bernama Budi Erni (51) dan satu anak perempuan Wildatinnaila (22) yang masih kuliah.

Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini atau Bu Risma ketika mengunjungi keluarga Munir, tersentuh hatinya karena pengorbanan Munir. Seperti diberitakan Detik.com, Risma juga menawarkan pekerjaan kepada putri semata wayang almarhum Munir.

"Ya karena dia (Wildatinnaila) sudah selesai kuliah, sudah skripsi. Kan saya pikir lebih penting daripada saya membantu misalkan uang atau apa. Jadi sustainable (kelanjutan) intinya yang kita pikirkan," kata Risma usai mengunjungi rumah duka, Surabaya (26/4/2019).

BPN sebenarnya saat ini dapat melakukan hal serupa untuk menghibur keluarga duka sekaligus menarik simpati, bukan meminta makam jiwa yang sudah tenang itu agar dibongkar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline