Biduk PAN terus bergejolak setelah Ketua Umum Zulkifli Hasan bertemu dengan Jokowi. Pertemuan simbolik itu membuat rumor bergerak liar. Ada yang menganggap itu hanya pertemuan biasa, namun sinyal cukup kuat mengatakan ada pembicaraan rekonsiliasi pasca Pilpres 2019.
Untuk hal terakhir, Wakil Ketua Umum PAN, Bara Hasibuan bahkan mengatakan hal itu nyata. Bara mengatakan di berbagai media bahwa pertemuan Zulkifli-Jokowi bisa berarti ke depan akan ada reposisi, baik itu sikap PAN terhadap koalisi maupun memikirkan untuk terlibat di pemerintah (Jika KPU secara resmi menyatakan Jokowi menang).
Bara membuat internal PAN masuk dalam situasi pro dan kontra. Pihak yang kontra bahkan membuat petisi. Lebih dari 100 pengurus PAN mendesak Bara Hasibuan untuk dipecat dari posisinya.
"Siapa pun yang tidak patuh terhadap hasil Rakernas PAN yang memutuskan mendukung pasangan Probowo-Sandi, maka partai harus memberikan sanksi yang tegas. Apalagi kalau dia elite partai, yang seharusnya memberikan contoh yang baik untuk taat terhadap keputusan partai," ujar Wasekjen PAN, Soni Sumarsono kepada wartawan, Minggu (28/4/2019).
Bara Hasibuan tak goyah bahkan secara jelas bersiap akan menolak mundur. "Jadi, saya tetap tidak akan mundur. Saya sebetulnya tidak ingin terlalu menanggapi petisi itu, karena bagi saya tidak terlalu penting dan saya percaya apa yang saya lakukan itu benar demi memperjuangkan akal sehat di dalam PAN dan memperjuangkan soul, jiwa di dalam PAN," ujar Bara, Minggu (28/4/2019).
Kita perlu menunggu, bagaimana pro dan kontra di internal PAN ini akan berujung, karena beberapa pihak di dalam internal malah lebih terlihat netral, dan memilih menunggu hasil resmi KPU pada tanggal 22 Mei nanti. Salah satunya Bima Arya.
"Sebaiknya agar semua terang, semua langkah politik menunggu hasil real count KPU. Komunikasi elite saya kira wajar dengan tanpa mendahului hasil resmi. Baik juga untuk mendinginkan suasana," ujar Bima Arya, yang menjabat juga sebagai walikota Bogor.
***
Pihak Koalisi Jokowi terlihat kalem melihat konflik internal di PAN. Seperti melempar umpan tapi tak mau terlalu terburu-buru harus menariknya meski "ikan" mungkin sudah sedikit mencicip.
Meski kalem, harus diakui jika PAN jadi pindah ke Kubu Jokowi, hal itu menjadi hal yang baik atau keuntungan bagi pemerintahan ke depan.
Mengapa demikian? PAN itu seksi untuk diperebutkan. Meski beberapa kali tim Jokowi mengatakan bahwa kehadiran PAN hanya membuat semakin banyak yang akan mengurus negara, tetapi sebenarnya kehadiran PAN lebih strategis daripada itu.
Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan;
Pertama, PAN itu seksi karena irisan pemilihnya berbeda dengan PKB yang sekarang bergabung dengan Koalisi Jokowi berbeda. Jika PKB mewakili suara NU, maka PAN dapat dikatakan mewakili warna Muhamadiyah dengan Islam moderat.