Sampai sekarang belum jelas kapan rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi terlaksana. Luhut Pandjaitan diutus Jokowi untuk menjajaki atau mempersiapkan pertemuan antara Jokowi dan Prabowo, namun ditunda karena Prabowo dikatakan sedang mengalami sakit flu.
Ketika memikirkan tentang rekonsiliasi ini saya berusaha menghubungkannya dengan pekerjaan seorang tukang kayu atau tukang mebel. Kebetulan Jokowi juga pernah menjadi tukang mebel sekaligus pengusaha mebel.
Rekonsiliasi itu dalam arti yang sederhana adalah menyatukan perbedaan pendapat, bagi tukang mebel dapat diartikan sebagai merekatkan.
Setiap orang yang pernah bekerja dengan kayu solid (Jati, Meranti dll), tahu persis bahwa merekatkan itu bukan pekerjaan yang mudah.
Oke, sekarang kita kembali ke pertanyaan, kapan waktu yang tepat untuk merekatkan?
Bagi seorang tukang mebel, pekerjaan perekatan itu hanya bisa dilakukan jika komponen yang akan direkatkan itu siap untuk direkatkan.
Misalnya ketika si tukang mebel membuat kursi. Jika sambungan komponen kaki kursi dan ambang kursi yang akan disambung dan direkatkan maka yang harus dipastikan betul adalah ukuran, kerataan, dan kesikuan dua komponen itu sudah persis sama dengan yang diingankan.
Berbeda ukuran, kerataan, kesikuan dalam perekatan akan membuat kesulitan dalam penyatuan dua komponen yang berbeda ini. Sebenarnya bisa dipaksakan, namun akan berdampak pada estetika, keindahan atau bahkan kekuatan kursi tersebut.
Jokowi tentu memahami ini dengan amat baik. Jokowi sesungguhnya sudah berhati-hati melihat kondisi kedua belah kubu, sebelum berinisiatif terlebih dahulu untuk rekonsiliasi.
Oleh karena itu yang harus dipikirkan oleh si tukang mebel adalah kejelian untuk melihat apakah kerataan, kesikuan sudah berada dalam kondisi yang memadai untuk dilakukan.