"Berita sedih, tapi kami tidak akan dibungkam, Beristirahatlah dengan tenang, Ahmed." ujar Anas Aremeyaw Anas, jurnalis Investigasi asal Ghana.
Anas sangat bersedih. Rekan, kolega yang dia banggakan bernama Ahmed Hussein-Suale dibunuh secara keji oleh dua pria tidak dikenal. Ahmed diberondong dengan timah panas hingga tewas.
Saat Ahmed sedang menyetir mobil dalam perjalanan pulangnya, Ahmed dihampiri oleh dua lelaki yang berboncengan dengan sepeda motor. Kedua lelaki itu berhenti di sebelah mobil Hussein-Suale dan melepaskan tembakan dari jarak dekat.
Dada dan leher Ahmed tertembus peluru, Ahmed tewas di tempat dan kedua orang itu melarikan diri, Baru tahun lalu, Anas dan Ahmed mengerjakan sebuah film dokumenter yang menggegerkan Ghana, negara dimana mereka tinggal.
Bersama di bawah naungan organisasi Tiger Eye Private Investigation (Tiger Eye PI), Anas dan Ahmed meluncurkan film dokumenter yang berisi tentang tuduhan suap dan korupsi kepada 77 wasit dan Ketua Federasi Sepak Bola Ghana saat itu Kwesi Nyantakyi.
Tuduhan dalam fim berjudul 'Number 12: When Misconduct and Greed Become the Norm' yang ditayangkan oleh BBC Afrika pada Juni 2018 dalam judul 'Betraying the Game' membuat Nyantakyi harus mengundurkan diri.
Bukan hanya itu, sejak Oktober 2018 Nyantakyi dihukum larangan berkecimpung dalam dunia olahraga seumur hidup dan didenda FIFA sebesar 500.000 dolar AS.
Ahmed memang akhirnya menjadi terkenal namun identitasnya terpaksa disembunyikan karena ancaman dari berbagai pihak yang merasa dirugikan dan terancam.
Terancam, Ahmed tak pernah gentar. Pria berusia 51 tahun itu sudah berikhtiar bahwa hidupnya adalah untuk memerangi praktik korupsi dan suap, terkhususnya di sepak bola Ghana.
Naas, dalam sebuah wawancara di stasiun televisi Ghana, TV NET 2, identitas Ahmed dibeberkan oleh seorang anggota parlemen Ghana bernama Kennedy Agyapong . Foto Ahmed ditunjukan dan tempat tinggalnya diberitahu.
"Orang itu (Hussein-Suale) sangat berbahaya, ia tinggal di Madinah. " kata Agyapong. Tak lama kemudian, Ahmed ditemukan meninggal, ditembak.
Jika harga sebuah kematian dikarenakan kebencian terhadap praktik korupsi, suap dan peperangan terhadap pengaturan skor di dunia sepak bola, dunia seharusnya meratapi kejadian ini.