Perasaan saya terkadang menginginkan agar Timnas kita tidak diunggulkan sebelum berlaga. Bukan apa-apa, hal ini sekedar untuk menjaga agar perasaan saya jangan tercabik-cabik ketika timnas kita kalah. Bahasanya mungkin sedikit lebay, tetapi coba bayangkan apabila tim yang diunggulkan itu kalah, bukankah akan lebih sakit dibandingkan tidak diunggulkan namun tetap kalah?
Ah, lupakan perasaan saya, karena secara teknis, status diunggulkan juga tidak mudah bagi timnas U-19 ketika berlaga di Piala AFC U-19.
Sebelum laga melawan China Taipei, timnas U-19 di berbagai media sudah digadang-gadang minimal masuk empat besar. Entahlah kesimpulan dari mana karena kita juga sering kalah di uji coba, meski di pertandingan terakhir mampu menang tipis atas Yordania.
Alasan yang dikemukakan untuk meneguhkan status unggulan juga biasanya menyebut dua nama pemain yang dikatakan akan menjadi bintang turnamen, Egy Maulana Vikri dan Saadil Ramdani. Kedua pemain yang kebetulan sama-sama mempunyai kekuatan di kaki kiri dengan gocekan, tendangan dan kecepatan yang aduhai.
Sayangnya, status diunggulkan itulah yang akhirnya membuat China Taipei yang dilatih Chen Po-Yu bermain dengan gaya bertahan hampir di sepanjang pertandingan. Saya memperkirakan jika tak diunggulkan, China Taipei akan bermain lebih ofensif yang diharapkan akan menyisakan banyak lubang yang dapat dimanfaatkan pemain kita.
Tetapi yang terjadi sebaliknya, China Taipei bermain alot dengan strategi bertahan cattenacio dengan garis pertahanan yang dalam. Karena itu, Egy Vikri dan Saadil Ramdani hampir tak mempunyai ruang di 45 menit babak pertama sehingga hasilnya timnas U-19 hampir tak mempunyai kesempatan mencetak gol di babak pertama.
Strategi operan satu dua yang menjadi andalan timnas menjadi tersendat karena menumpuknya pemain China Taipei di sekitar luar kota penalti, sedangkan instruksi melakukan tendangan keras dari luar kotak penalti juga tak berjalan efektif. Jika tak terbentur pemain lawan, maka tendangan pemain timnas U-19 akan melayang jauh karena tak ada ruang bebas yang ditinggalkan.
Diunggulkan jugalah yang sepertinya membuat pemain tampil terlalu percaya diri dan akhirnya berdampak pada penampilan yang terlalu individualis. Permainan kolektif menjadi terkikis karena pemain timnas seperti berlomba untuk mencatatkan nama di papan skor.
Diunggulkan juga yang membuat pemain kita cenderung lekas puas sesudah mampu mencetak gol terlebih dahulu di menit ke-50 melalui Egy Vikri sehingga ruang di pertahanan kita lebih terbuka dan berhasil dimanfaatkan menjadi gol oleh pemain bernomor punggung 11, Wang Chung Yu, hanya dua menit setelah gol Egy Vikri. Skor menjadi 1-1.
Syukurlah setelah skor menjadi sama kuat, permainan Indonesia berubah. Timnas menjadi lebih sabar dan menjadi lebih kolektif setelah skor menjadi imbang itu. Hasilnya baik sempurna. Di menit ke-70, Witan Sulaiman berhasil mencetak gol lewat sundulan memanfaatkan bola rebound dari kiper China Taipei, Li Guan Pei yang tak mampu membuang bola dengan sempurna,
Akhirnya melalui kerjasama tim yang baik, Egy VIkri yang tak bersikap egois setelah berhasil mengecoh kiper tim lawan, memberikan bola kepada Witan yang berdiri bebas. Witan dengan tenang melepaskan tendangan mendatar yang membobol gawang China Taipei untuk ketiga kalinya, di menit ke-89. Skor akhir berubah menjadi 3-1 untuk keunggulan Timnas U-19 Indonesia, dan bertahan hingga akhir pertandingan.