Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Memilih Allegri, Mengubah Arsenal

Diperbarui: 12 Mei 2018   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allegri diisukan akan melatih Arsenal pasca Wenger I Gambar : Talksport

Massimiliano "Max" Allegri tampak sumringah, berulangkali dia memuji Juventus yang tampil hebat sesudah melibas AC Milan empat gol tanpa balas di final Coppa Italia. Musim ini Max memang kembali membuat Kuda Zebra mencapai hasil maksimal, minimal di tanah Italia.

Gelar ini menjadi gelar keempat berturut-turut Juve dt tangan Allegri dan siap menyambut gelar Scudetto mereka ketujuh tanpa henti dalam 7 tahun terakhir. Prestasi sekaligus rekor yang akan sulit terpatahkan.

Prestasi Allegri inilah yang membuat namanya menjadi kandidat terkuat pengganti Arsene Wenger di Arsenal. Allegri dianggap sudah berprestasi maximum di di Juve dan di sisi lain membutuhkan tantangan baru untuk menguji kemampuan berlatihnya. Arsenal dan Inggris memanggil dan Allegri terlihat menyukai tantangan ini.

Pertanyaan menariknya adalah jikalau Allegri melatih Arsenal: akan seperti apa tim itu di tangan Allegri?

Pertanyaan ini menjadi penting karena ada perbedaan antara gaya melatih Wenger dan Allegri baik di luar maupun di dalam lapangan. Di luar lapangan, Wenger terkenal sebagai pelatih yang hangat, menciptakan pertemanan yang kuat antar pemain pelatih bagai ayah dan anaknya. Pemain-pemain seperti Thierry Henry, Van Persie dan Fabregas sedari muda menjadi hebat dan lahir dari pola ini, dan mereka masih menganggap Wenger sebagai seorang ayah. 

Sebaliknya, Allegri agak dingin di luar lapangan, jarak antar pelatih dan pemain terlihat jelas. Allegri seperti tak segan untuk memberikan garis batas antar pelatih dan pemain ibarat bos dan anak buah. Allegri tidak peduli melahirkan pemain yang mengagumi kedekatan pribadi di luar lapangan dia hanya peduli dengan penampilan di dalam lapangan.

Di lapangan hijau, Arsene Wenger membuat anak asuhnya mampu bermain lepas. Wenger juga mampu mendorong The Gunners bermain menyerang. Di lapangan mereka tampil bagai para penari balet yang menari di lapangan dan akhirnya dengan belati di tangan mampu menusuk berkali-kali sang lawan dengan ganas.

Seharusnya hal itu sadis, tetapi di tangan pria tua yang dijuluki Professor ini, semua terlihat indah. Terkadang Arsenal juga tak mampu membunuh, tapi Wenger terkesan puas apabila mampu tetap bermain indah. Sayang kepuasan Wenger tak selamanya bersanding mesra dengan keinginan fans, mereka ingin Arsenal lebih "membunuh". Yang dimaksud tentu adalah prestasi. Dahaga fans membuat permainan indah terasa tawar dan terkadang pahit dirasa dan tak enak dilihat.

Allegri Juventus, lagi-lagi kebalikannya. Allegri membuat lemari trofi Juventus semakin penuh, terutama dari Seri A dan dengan prestasi dua kali menajdi finalis Liga Champions dalam 4 tahun kepelatihannya. Tetapi di lapangan, Allegri dianggap tak mampu menghadirkan keindahan. Pesaing mereka, Napoli dianggap bermain lebih indah dan menawan daripada pasukan Allegri, meskipun nihil gelar musim ini.

Sebagian fans Juventus tetap berteriak tanda ketidakpuasan, bukan pada prestasi tetapi pada penampilan di lapangan. Juventus menjadi sangat taktikal. Pemain tak perlu bermain indah, yang penting menang. Italia di tangan Allegri menjadi sangat pragmatis, tak enak dipandang mata tetapi tetap dekat dengan gelar. Fans ingin membenci tapi mereka tetap terkenyangkan. Ini Juventusnya Allegri.

Selanjutnya, apakah gaya Allegri ini akan akan cocok diterima oleh Arsenal?. Jawabannya, mau tidak mau iya dan harus. Liga Inggris semakin berkembang. Sepuluh hingga dua puluh tahun lalu, liga Inggris masih dalam euforia permainan indah anak-anak Theatre of Dreams, Manchester United. Tetapi sekarang permainan indah itu gampang terlupakan dibadingkan prestasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline