Saat pertandingan pembukaan Liga 1 Indonesia antara Bhayangkara FC melawan Persija Jakarta yang berlangsung Jumat (23/3/2018), saya yakin mata pecinta bola terfokus pada sosok seorang Marko Simic. Penyerang asal Kroasia yang baru pertama kali merumput di Liga 1 Indonesia ini memang menarik perhatian khalayak bola tanah air.
Bersama Macan Kemayoran, Simic tampil hebat di pertandingan pra musim, khususnya di turnamen Piala Presiden 2018. Di Piala Presiden, Simic menjadi top scorer dengan torehan 11 gol jauh unggul dari pemain tim lain.
Atas penampilannya itu, julukan Super Simic didapatkan oleh Simic. Simic memang super. Mengingat penampilan Simic di Piala Presiden lalu, kita seperti sedang menyaksikan pertunjukan akrobat dengan berbagai aksi yang tak biasa kita saksikan.
Simic mampu mencetak gol dari sundulan kepala, tendangan kaki kiri dan kaki kanan dengan berbagai gaya. Lewat skema umpan pendek, tendangan sudut, tendangan penalti, tendangan bebas jarak jauh atau dengan gaya salto sekalipun.
Peluang sekecil apapun akan menjadi gol di kaki Simic, 11 gol menjadi buktinya dan lebih daripada itu, parade gol yang dicetak Simic sangatlah menghibur. Karena reputasi inilah, ekspektasi terhadap penampilan Simic membumbung tinggi.
Namun sayang, yang terlihat di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) saat jumpa Bhayangkara FC berbeda dari harapan pecinta bola. Umpan matang lewat crossing dari sisi kiri dan kanan pertahanan Bhayangkara FC dibuang sia-sia oleh Simic.
Di beberapa kesempatan kita lihat tandukan Simic jauh dari sasaran, tidak mengenai bola, bahkan terlalu lemah. Kakinya pun demikian, tidak mematikan seperti biasanya. Bola yang ditendang Simic bahkan lebih memilih mengarah ke langit Stadion GBK daripada ke gawang Bhayangkara.
Satu-satunya peluang bagus dari Simic melalui tendangan keras di penghujung pertandingan malah dapat ditepis dengan mudah oleh Awan Setho, kiper muda yang memang tampil gemilang pada pertandingan itu. Skor kacamata bertahan hingga akhir pertandingan.
Kegagalan mencetak gol membuat Simic sudah gagal mencetak gol dalam 270 menit pertandingan bersama Persija. Selain melawan Bhayangkara FC, Super Simic juga gagal mencetak gol saat melawan klub Vietnam, Song Lam Nghe An FC, baik kandang maupun tandang, dalam penyisihan Grup H Piala AFC 2018.
Ada yang membuat Simic mandul?
Sepanjang pertandingan, komentator di Televisi dengan bercanda menyebut salah satu faktor utama dari kegagalan Simic adalah kurangnya, pomade. Simic rambutnya kurang kaku dan berkilau, sehingga penampilannya kurang mengkilap. Aha, bisa saja.