Lihat ke Halaman Asli

Arnold Adoe

TERVERIFIKASI

Tukang Kayu Setengah Hati

Kemenangan Juventus, Drama di Wembley dan Arti dari Sebuah Pengalaman

Diperbarui: 8 Maret 2018   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juventus, tampil hebat di Wembley : Gambar : indepe

Kemegahan Stadion Wembley membuat Tottenham Hostspur terlihat percaya diri menjamu juara Italia, Juventus di sana. Hasilnya terlihat jelas, Juventus dibuat menderita dengan begitu banyaknya peluang yang bergantian dihasilkan oleh Harry Kane, Son Heung-Min dan Delle Alli. Bola yang dialirkan oleh Christian Eriksen mengalir dengan begitu sempurna yang membuat pertahanan Juventus kalang kabut terutama di sisi kanan yang dijaga oleh Andrea Barzagli.

Dalam keadaan seperti itu, gol sepertinya hanya tinggal menunggu waktu bagi Spurs, dan waktu itupun datang. Di awali sapuan bola dari Chiellini dari sergapan Delle Alli, bola kembali hinggap di kaki Son, sayap Spurs bernomer punggung tujuh ini mampu menjaringkan bola di gawang Juventus. Menit ke-39, Spurs unggul 1-0. Agregat menjadi 3-2 bagi Spurs, setelah sebelumnya imbang 2-2 di Turin. Berat bagi Juventus, dan Spurs semakin percaya diri.

Selama 10 sampai 15 menit awal di babak kedua pun, keadaan hampir serupa. Juventus masih kesulitan mengalirkan bola hingga lini belakang Spurs, Spurs tetap mendominasi. Tetapi saat yang tidak diduga pun tiba, Juventus yang hampir tidak mendapat peluang itu mampu mencetak gol ke gawang Hugo Lloris. Berawal dari crossing Liechsteiner, Khedira membuat assist dari sundulan dan diselesaikan Higuain dengan dingin. Skor menjadi 1-1 di menit ke-64.

Dybala menaklukan Lloris di menit ke-67 I Gambar : Football Italia

Ketika sebersit optimisme mulai muncul, 3 menit kemudian Dybala membuat skor berubah, 1-2 untuk keunggulan Juventus di menit ke-67, pendukung Juventus berteriak histeris di Wembley.  Pelatih Spurs, Pochettino terlihat mulai panik di pinggir lapangan, Juventus semakin bersemangat.

Titik yang paling diingat dari semangat ini adalah ketika Gianluigi Buffon dan Chiellini berteriak, membenturkan kepala, simbol untuk memompa kembali semangat rekan-rekan setim di tengah gelombang serangan Spurs.  Juventini pasti tahu, gesture itu, adalah gesture khas Juventus, simbol kebanggaan Italia.

Pergantian pemain demi taktik  dilakukan oleh kedua pelatih. Allegri memasukan Sturaro menggantikan Higuain di menit ke-80 dan Llorente dimasukan Pocchetino untuk menambah daya dobrak, minimal mampu menyambut crossing dari setiap sisi.

Spurs kali ini masih butuh pengalaman I Gambar : talksport

Ketika pertandingan hampir selesai, drama itu timbul, Kane mendapat sundulan yang membentur tiang gawang Buffon, bola hampir melewati garis, sebelum Barzagli menendang bola itu jauh-jauh keluar. Goal Technology line, menyatakan no goal. Wembley terdiam, dan beberapa orang mulai meninggalkan tempat duduk mereka. Pertandingan pun akhirnya benar-benar selesai, Harry Kane cs tertunduk keluar lapangan, sedangkan Higuain, Dybala dan Buffon berpelukan lama merayakan kemenangan mereka.

Tempat duduk Wembley yang berwarna orange itu sudah kosong, hanya tertinggal beberapa orang dengan simbol hitam putih, hijau dan kuning. Wajah sumringah muncul dari wajah mereka ketika mereka juga mulai beranjak keluar. Mereka Juventini.

Keunggulan Pengalaman Juventus

Ruud Gullit yang pagi tadi menjadi komentator Bein sport berulang kali menyebutkan kata experience, sesudah Juventus unggul. Sebuah kata yang selama babak pertama, jarang diucapkannya, Gullit ditemani Stefand Freund, mantan pemain Spurs, yang berulang kali menyatakan keyakinannya bahwa Spurs akan lolos. Kata itu berarti pengalaman. Juventus dianggap lebih berpengalaman dari Spurs. Fakta bahwa Spurs unggul ball possesions, unggul shots on target, namun akhirnya Spurs harus mengakui bahwa pengalaman sangat menentukan di babak knock out ini.

Pengalaman yang membuat Juventus tetap terlihat tenang saat seharusnya panik. Pengalaman yang membuat kecepatan Delli Alli, Son Heung-Min dan finishing mematikan dari Harry Kane terlihat seperti tak ada arti di babak kedua. Pengalaman yang membuat Juventini terus berteriak dan bernyanyi mendukung timnya dalam kondisi ketinggalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline