7 Februari 2018. "Saya tidak bisa mempercayainya!" teriak pelatih Burnley, Sean Dyche sesudah melihat penampilan kiper Manchester City, Ederson Moraes ketika melawan timnya.
Lebih daripada itu, Dyche bahkan menganalogikan penampilan Ederson seperti Ronald Koeman sewaktu masih aktif bermain. "Seolah anda punya Ronald Koeman di bawah mistar, dia menguasai bola, melakukan semuanya di atas lapangan, dan melepas umpan yang hebat."" tutur Dyche.
Sebenarnya pujian Dyche hanya sekedar menegaskan bahwa kebutuhan Manchester City akan kiper yang cocok dengan skema permainan Pep Guardiola perlahan-lahan sudah mulai terpenuhi. Kiper-kiper City sebelum ini seperti Joe Hart dan Claudio Bravo dianggap kurang memuaskan. Sementara Caballero sudah resmi dilepas.
Alasannya beragam. Joe Hart terlalu sering membuat kesalahan. Bravo sebenarnya memiliki sesuatu yang diinginkan Guardiola dalam menjalankan skema permainannya yaitu kemampuan mendistribusikan bola. Sayang, Bravo terlalu mudah kebobolan, membuat tim menjadi timpang. Semua tim sudah tahu bahwa City mempunyai lini depan yang tajam namun apabila terlalu sering kebobolan, maka semuanya itu percuma.
Ederson terbilang lengkap. Meski belum bisa disejajarkan dengan Buffon, Neuer ataupun De Gea namun paling tidak kiper yang baru berusia 24 tahun itu telah merintis jalan ke sana. Minimal Ederson telah membuktikan pada kritikus bahwa harga selangit bagi seorang kiper dengan 40 Juta Euro yang dibelanjakan City untuknya adalah sebuah kepantasan.
Kepantasan dan kelebihan seperti apakah yang dimiliki oleh seorang Ederson?. Sebelum membahas hal tersebut, perlu dipahami bahwa attribute yang dibutuhkan oleh seorang kiper dalam sepak bola sekarang sedikit berbeda dari jaman sebelumnya. Jika dahulu, kemampuan seorang kiper bukan saja bicara tentang kegesitan menangkap bola, dan refleks menahan bola tetapi maka sekarang itu belum cukup.
Guardiola di Barcelona, Muenchen dan City sepertinya lebih percaya diri ketika memiliki kiper dengan kemampuan lebih seperti mengontrol dan mengkordinir lini pertahanan hingga aktif berpartisipasi dalam membangun serangan. Istilah untuk menyebut kiper jenisi ini adalah Sweeper Keeper. Claudio Bravo dilahirkan Pep agar mampu menterjemahkan tiki-taka dengan baik di Barcelona, sedangkan Neuer sebelumnya memang istimewa.
Keunggulan Ederson sebagai Sweeper Keeper
Dalam artikel berjudul Sweeper Keeper Invention, kiper legendaris Rusia Lev Yashin didaulat yang pertama merintis gaya sweeper keeperini dalam penampilannya. Kiper Bayern, Manuel Neuer dan Kiper Tottenham Hotspurs, Hugo Lloris adalah eksponen terbaik jaman sekarang untuk memperlihatkan kualitas seorang sweeper keeper.
Kiper-kiper seperti mereka dianggap tidak saja mampu menggunakan tangan mereka tetapi juga memiliki kecepatan berpikir untuk membaca permainan sebelum bola sampai pada mereka. Kecepatan berpikir ini juga diimbangi dengan keberanian untuk keluar dari area penalti mereka untuk mencegat bola agar tidak mampu direbut oleh striker lawan. Selain itu, mereka juga bisa mengumpan dengan presisi umpan dengan bola pendek, medium dan panjang dengan sangat baik sekaligus memulai sebuah serangan.
Disinilah Ederson mampu menunjukan kemampuannya. Dalam banyak pertandingan, Ederson terlihat tidak pernah nampak ragu untuk keluar jauh dari gawangnya untuk membuka ruang pada pemain belakang agar melihat dirinya bukan sebagai seorang kiper tetapi sebagai tambahan bek.